Kerjasama dengan Jepang, Kementan Ingin Kembangkan Startup di Bidang Agribisnis

Loading

JAKARTA (IndependensI.com) – Kementerian Pertanian (Kementan) bekerja sama dengan The Asian Productivity Organization (APO) Jepang, menyelenggarakan Workshop bertemakan Accelerating Agribusiness Startups bertempat di Yogyakarta 11-15 Maret 2019. Acara ini dihelat dalam rangka mendukung program pengembangan Ekonomi Digital, khususnya untuk meningkatkan kesejahteraan petani melalui pemanfaatan teknologi.

Sekretaris Jenderal Kementan Syukur Iwantoro ketika membuka kegiatan tersebut juga menyampaikan saat ini terdapat ratusan pelaku usaha agribisnis startup yang tengah berkembang di seluruh dunia. Hal ini menunjukkan bahwa peluang pengembangan agribisnis startup di berbagai tahapan rantai pasok komoditas pertanian masih terbuka lebar sehingga mampu meminimalisir rantai pasok antara petani dengan konsumen.

“Fokusnya adalah bagaimana kita melakukan percepatan, pertumbuhan startup-startup di bidang agribisnis, khususnya bagi startup Indonesia sendiri yang ikut dalam kegiatan ini diharapkan mampu menyerap pengalaman startup dari luar negeri sehingga dapat cepat tumbuh dan berkembang,” terang Syukur dalam siaran pers, Selasa (12/3/2019).

Kegiatan yang dihadiri oleh peserta dari 16 negara ini terdiri dari Bangladesh, Kamboja, Taiwan, India, Republik Islam Iran, dan Malaysia. Kemudian ada Mongolia, Nepal, Pakistan, Filipina, Singapura, Sri Lanka, Thailand, Vietnam, dan Amerika serta tuan rumah Indonesia.

Pertemuan tersebut merupakan forum untuk saling bertukar informasi dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta. Hal tersebut dalam kaitannya dengan percepatan pengembangan UKM khususnya pada sektor pangan dan agribisnis startup.

“Kami dari Kementerian Pertanian selalu mendukung kegiatan-kegiatan pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian serta Peningkatan produksi pertanian seperti yang telah dicanangkan oleh Bapak Presiden Jokowi sehingga selama 4 tahun terakhir produksi meningkat, ekspor meningkat, GDP juga meningkat,” tutur Syukur.

Selain itu workshop akan membahas praktik terbaik dalam perencanaan dan pengelolaan agribisnis startup yang dimulai dari masa inkubasi hingga pasca inkubasi. Workshop tersebut juga berfokus pada peningkatan keamanan pangan di kawasan Asia, sistem agribisnis yang keberlanjutan, serta peningkatan nilai tambah dan daya saing pada sektor tersebut.

Demi menunjang digitalisasi pertanian, saat ini tengah dikembangkan 4 inisiatif digital pada sektor strategis pertanian, antara lain pertanian presisi yaitu meningkatkan produktivitas berbasis aplikasi digital. Kemudian ada hub-digital pertanian yaitu menggunakan platform digital untuk menghubungkan pelaku rantai pasok pertanian.

Kemudian ada keuangan mikro pertanian, yaitu mengenalkan aplikasi digital keuangan mikro kepada pelaku sektor pertanian, serta lelang pertanian digital yaitu menggunakan aplikasi digital untuk lelang komoditas pertanian. Upaya tersebut dilakukan dalam rangka mempersiapkan Indonesia sebagai Energy Digital Asia pada tahun 2020.

Perekonomian digital diperkirakan memiliki nilai perputaran yang dapat menambah nilai GDP Indonesia hingga USD 150 miliar. Dan apabila sebesar 10% saja dapat dimanfaatkan petani, maka perkembangan pelaku usaha agribisnis startup berpotensi besar dapat meningkatkan kesejahteraan petani.

Direktur Bina Produktivitas Kementerian Tenaga Kerja yang juga selaku Head of NPO (National Productivity Organization) Indonesia Zuhri Bahri menyampaikan bahwa saat ini mulai bermunculan beberapa startup yang membuat aplikasi jual beli produk pertanian, sharing informasi harga komoditas pertanian, hingga sharing informasi seputar pertanian di sektor budidaya.

“Pemerintah sangat consern terhadap peningkatan produktivitas, dimana Nawacita no. 6 Pak Jokowi-JK menegaskan bahwa pemerintah punya komitmen tinggi terhadap peningkatan produktivitas rakyat dan daya saing. Kami menyebut ada 4 pilar dalam peningkatan produktivitas yakni perlunya mengefektifkan manajemen dan birokrasi, meningkatkan inovasi kreatifitas dan penguasaan teknologi, peningkatan kualitas sumber daya manusia, serta budaya etos kerja produktif,” terang Zuhri.

Peserta nantinya juga akan mengunjungi Mitra Turindo, gabungan kelompok petani salak, yang berlokasi di kaki gunung Merapi, dimana Gapoktan tersebut telah mengekspor salak ke negara China, dan Kamboja. Selain itu, peserta juga mengunjungi Sabila Farm yang merupakan kebun Agrowisata bahkan memproduksi buah-buahan utamanya yaitu buah naga.