JAKARTA(IndependensI.com) – Kementerian Pertanian (Kementan) komitmen mengamankam produksi pada saat kemarau. Hal ini bisa dilihat dari upaya mitigasi kekeringan sudah dilakukan sejak beberapa waktu yang lalu.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi menyatakan awal Agustus kemarin telah dilakukan koordinasi mengumpulkan pemangku kepentingan di 8 provinsi yang terdampak kekeringan. Dinas Pertanian, Dinas Pengairan, Dandim dan Perum Jasa Tirta berkumpul bersama merumuskan upaya mitigasi dan adaptasi dampak kemarau.
“Pada prinsipnya ada beberapa langkah yang harus kita lakukan pada musim kemarau ini. Untuk yang sudah terkena puso kita inventarisir apakah sudah ikut serta Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP, red) belum. Kalau sudah, maka segera klaim. Untuk yang belum ikut AUTP, Kementan menyediakan benih, maka segera usulkan bantuan benih ke Dinas setempat,” demikian dikatakan Suwandi di Jakarta, Kamis (8/8/2019).
Dalam hal pengelolaan irigasi, Suwandi menyebutkan Kementan melakukan pendekatan dengan Perum Jasa Tirta I dan II. Hasilnya, telah sepakat mengatur pembagian penyediaan air ke wilayah-wilayah yang rawan terdampak kekeringan.
“Langkah selanjutnya kami juga membuat posko kekeringan di setiap Kabupaten sebagai pusat informasi dan koordinasi langkah pengamanan pertanaman di wilayah masing-masing. Di dalamnya ada beberapa pihak baik dari penyuluh, Dinas Pertanian, Dinas Pengairan maupun TNI,” terang dia.
Pengamanan Standing Crop
Bagaimana dengan tanaman padi yang masih aman? Suwandi menyebutkan tentunya Kementan juga mengamankan standing crop dengan mengawal pertanamannya. Bahkan Kementan juga manfaatkan juga pertanaman padi gogo sawah.
Ada 8 Kabupaten di Pantura yang dipantau harian oleh Kementan sampai saat ini, yaitu di Bekasi, Karawang, Purwakarta, Indramayu, Subang, Cirebon, Kuningan dan Majalengka yang sedang melakukan pertanaman padi gogo sawah seluas sekitar 58.800 ha.
“Kami siapkan bantuan olah tanah dan benih asalkan petani mau menanam padi gogo sawah ini,” ujarnya.
Caranya, sambung Suwandi, setelah panen coba lihat apakah kondisi tanah masih macak-macak, bila jerami mudah dicabut artinya tanah masih basah, maka segera olah tanah dan tabur benih langsung. Untuk mengatasi kekurangan air, bisa dilakukan pompanisasi dan pipanisasi, penbuatan embung dan long storage, normalisasi saluran dan memanfaatkan irigasi dengan pengairan bergilir
“Diharapkan penanaman padi gogo sawah ini disamping mampu mengganti luas sawah yang terkena puso juga mampu menambah luas tanam. Benih sudah siap salur, tinggal targetnya bulan Agustus-September ini sudah tanam semua, sehingga bisa dihitung sebagai produksi tahun 2019 ini,” jelasnya.
Suwandi menyontohkan di Indramayu sudah ada 15.000 lahan yang siap ditanam padi gogo sawah. Bahkan saat ini sedang berlangsung tanam di kecamatan Krangkeng seluas 510 ha bersama jajaran Kementan, Dinas Pertanian Kodim dan Muspika setempat.
“Tidak hanya di wilayah pantura, namun di Provinsi lain juga sedang digencarkan padi gogo terutama yang masih banyak air seperti Aceh, Sumut, Sumbar, Jambi, Sumsel, Lampung, Kalbar, Kalteng, Kalsel, Kaltim, Sulut, Sulteng, Sulsel dan Sultra dengan target seluas 588.508 ha,” bebernya.
“Pada dasarnya kita jangan hanya menyalahkan kondisi kemarau, tapi kita cari solusinya. Kita manfaatkan potensi semaksimal mungkin. Upaya apapun pasti kita ambil untuk mengamankan produksi pada saat kekeringan ini,” tandas Suwandi.(***)