BANDUNG (IndependensI.com) – Revitalisasi lembaga vokasi atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan upaya Pemerintah Daerah Provinsi (Pemdaprov) Jawa Barat (Jabar) untuk menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul, berkualitas, dan berdaya saing dalam menatap revolusi industri 4.0.
Terdapat sejumlah aspek yang menjadi atensi Pemdaprov Jabar dalam revitalisasi SMK. Mulai dari aspek kelembagaan, kurikulum, dan kerja sama dengan Dunia Usaha atau Dunia Industri ( DU/DI ). Selain itu, terdapat program magang guru dilakukan guna terpenuhinya guru produktif yang kompeten termasuk guru tamu dari praktisi.
“Dengan begitu sekolah vokasi mampu meningkatkan SDM dan kompetensi melalui lembaga sertifikasi profesi. Tidak cukup memiliki ijazah, tapi kompetensi dengan sertifikat kompetensi,” kata Kepala Dinas Pendidikan Prov. Jabar Dewi Sartika.
Dewi juga mengatakan, penyelarasan kurikulum SMK dengan DU/DI merupakan langkah kerja kolaboratif antara pihak SMK di Jabar, Disdik Jabar, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kementerian Perindustrian , Kemenko Perekonomian , Kementerian lainnya sesuai amanat Inpres no 9 tahun 2016 serta pihak industri/perusahaan.
Pada tahun 2018, Pemdaprov Jabar juga telah melakukan pilot project keahlian kopi di SMK PPN Tanjungsari sebagai contoh ‘link and match’ di saat kopi Jawa Barat menjadi tren di dunia. Kemudian, keahlian teh di SMK Negeri 13 Garut, dan keahlian Kriya Logam di SMK Negeri 3 Tasikmalaya.
Selain itu, 894 SMK di Jabar telah bermitra dengan industri/perusahaan. Hal itu dilakukan sebagai upaya penyesuaian kurikulum dengan DU/DI. Pemdaprov Jabar pun sudah menyelaraskan kurikulum 34 kompetensi keahlian dengan kebutuhan industri saat ini. Hal ini menuju untuk pembentukan kelas industry dengan pembelajaran berbasis Teaching Factory. Untuk bidang lainnya, Dinas Pendidikan telah berkoordinasi dengan dinas-dinas lainnya seperti Dinas Pariwisata kebudayaan, Dinas Perikanan dan Kealautan, Dinas Kehutanan, Dinas Perkebunan dan dinas lainnya yang terkait dengan kompetensi Keahlian di SMK untuk program penyelarasan Kurikulum di SMK .
“Tujuannya adalah bagaimana menghasilkan lulusan-lulusan SMK yang memang sesuai dengan kebutuhan industri. Salah satu caranya, seluruh SMK punya mitra dengan DU/DI. Ada anak-anak yang magang di tempat industri, termasuk guru-gurunya dan profesional industry menjadi instruktur di sekolah dan program industri datang ke sekolah,” kata Dewi.
Jawa Barat sendiri memiliki 2.950 SMK, 9,6 persen di antaranya adalah SMK negeri dan Sebagian besar (SMK) dikelola swasta, dengan kurang lebih 110 kompetensi keahlian. Hal itu merupakan peluang serta potensi yang sangat strategis untuk bekerja sama dengan dunia industri.
Salah satu contoh kerja sama sekolah dengan industry adalah kerjasama di bidang otomotif, dimana sekolah bekerjasama dengan PT ASTRA TBk. Di Jawa Barat terdapat sekitar 735 membuka teknik kendaraan ringan (otomotif), Namun di tahun 2019 baru 360 SMK yang bekerjasama dengan PT Astra dan selebihnya ditargetkan pada tahun 2012 semua SMK otomotif dapat bekerja sama dengan PT ASTRA TBk atau perusahaan sejenisnya. Model kerjasama yang dilakukan adalah, Penyelarasan Kurikulum, Pelatihan Guru, Peningkatan Sarana Prasarana dan alih tehnologi serta Teaching Factory ,” kata Dewi.
Dengan revitalisasi SMK, Dewi optimistis pada 2022 keterserapan lulusan SMK di dunia kerja mencapai 80 persen. Sisanya, melanjutkan ke jenjang berikutnya atau berwirausaha. Untuk mendorong hal tersebut sedang disusun Pergub tentang revitalisasi SMK di Propinsi Jawa Barat dan Pergub SMK tentang Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).
“Kita berharap sekitar 80 persen lulusan SMK dapat terserap di dunia kerja. 15 persen berwirausaha dengan keahlian yang dimiliki, dan sisanya melanjutkan ke jenjang berikutnya. Atau kita sebut BMW, yaitu Bekerja, Melanjutkan, dan Wirausaha,” tutupnya. (Chs)