JAKARTA (IndependensI.com) – Sebulan menjelang pelaksanaan Startup Business Summit (SBS) Negara Kepulauan dan Negara Pulau/AIS, Kemenko Bidang Kemaritiman undang 11 Duta Besar atau perwakilan negara-negara sahabat anggota Forum AIS di Jakarta pada Kamis (19/9/2019).
Hadir sebagai tuan rumah dalam pertemuan working breakfast tersebut adalah Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim Purbaya Yudhi Sadewa. “Kami ingin menyampaikan perkembangan persiapan AIS SBS 2019 dan meminta para duta besar untuk menyampaikan undangan kami kepada menteri terkait di negara anda,” ujarnya mengawali pertemuan.
Dalam kesempatan itu, dia menekankan bahwa fokus AIS SBS 2019 bukan pada pertemuan antar pemerintah. “Kami ingin pertemuan AIS tahun ini memberikan dampak ekonomi bagi negara-negara anggota dengan melibatkan kalangan swasta,” tegasnya.
Dengan detil, Deputi Purbaya menyebutkan bahwa tujuan AIS SBS tahun 2019 adalah untuk merumuskan solusi-solusi cerdas dan inovatif dalam mengatasi tantangan perubahan iklim. “Karena ini kami menggalang kolaborasi antara perusahaan startup (rintisan digital), investor, pelaku usaha dan institusi pemerintah seluas mungkin,”bebernya.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Perwakilan UNDP (United Nations Development Program) untuk Indonesia Christophe Bahuet menambahkan bahwa selain membahas tentang isu-isu kelautan, lingkungan hidup dan ekowisata, AIS SBS 2019 juga membahas kerja sama ekonomi. “Tidak hanya inisiatif tentang lingkungan, dalam pertemuan AIS SBS di Manado kita juga membahas kerja sama dalam bidang ekonomi, yaitu blue economy,” jelasnya. UNDP sendiri merupakan mitra penyelenggara forum AIS 2019.
Undangan Pemerintah Indonesia dan UNDP disambut baik oleh Duta Besar dan perwakilan dari 10 negara peserta forum AIS yang hadir, yaitu Jepang, Inggris, Irlandia, Singapura, Kepulauan Solomon, Papua Nugini, Filipina, Timor Leste, Fiji dan Guinea-Bissau.
Dubes negara Kepulauan Solomon H.E. Salana Kalu bahkan meminta ada bantuan peningkatan kapasitas dari negara-negara kepulauan yang besar kepada negara kepulauan yang kecil. “Kami sangat mengapresiasi forum ini dan bila memungkinkan, kami minta negara kepulauan yang lebih berpengalaman dalam mitigasi bencana untuk membantu negara-negara pulau mengatasi dampak perubahan iklim,” pintanya.
Tak hanya meminta bantuan, negara-negara besar seperti Jepang melalui atase ekonominya, yakni Shimizu menyatakan kesiapannya untuk mendukung kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan mitigasi dan adaptasi terhadap dampak perubahan iklim.
Tentang bentuk-bentuk kegiatan yang akan didukung oleh AIS melalui sekretariatnya, Penasehat Senior UNDP Abdul Situmorang menjelaskan pihaknya telah menyiapkan berbagai ahli terkait. “Kita punya pakar-pakar lingkungan dan penyediaan energi listrik terbarukan yang siap memberikan bantuan asistensi kepada negara-negara peserta forum AIS,” pungkasnya.
Sebagai informasi, AIS SBS 2019 akan dilaksanakan pada tanggal 30 Oktober-1 November 2019 di Manado, Sulawesi Utara. Dalam pertemuan 3 hari itu, ada tiga agenda utama yang akan dilaksanakan, yakni pameran inovasi dan bisnis, konferensi ekowisata kelautan, dan pertemuan tingkat menteri. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bakal mendukung acara ini dengan mengadakan workshop bagi startup digital. Selain itu, perusahaan digital besar seperti Google, Traveloka, dan Grab juga akan memberikan pelatihan bagi masyarakat. (Chs)