JAKARTA (IndependensI.com) – Razikin Juraid, salah seorang petani muda yang saat ini tengah semangat bekerja di sektor pertanian (Kementan) mengecam pemberitaan yang masih dilakukan Majalah Tempo dalam berapa tahun akhir ini. Terbaru, Majalah Tempo Edisi 4827/9-15 September 2019 mengangkat ‘Investasi Swasembada Gula Cara Amran dan Isam: Gula-gula Dua Saudara’.
“Pemberitaan ini sangat tidak bagus dan secara langsung menciptakan opini publik yang negatif terhadap dibalik upaya mulia Kementan dalam mengejewantahkan perintah Presiden Jokowi untuk menggenjot investasi demi tercapainya kedaulatan pangan, khususnya swasembada gula,” demikian dikemukakan Razikin di Jakarta, Jumat (20/9/2019).
Petani muda asal NTB ini menilai pemberitaan Majalah Tempo seolah Kementan hanya membantu kelancaran investasi untuk satu perusahaan saja secara istimewa. Padahal kenyataannya Kementan sebagai jembatan pelaku usaha, pemerintah daerah dan petani, mendorong semua investor atau pelaku usaha yang berminat dalam usaha perkebunan tebu hingga produk akhir gula agar Indonesia tidak lagi bergantung pada impor, bahkan bisa diekspor.
“Hasil kajian kami, Kementan secara profesional mendampingi 10 investor guna mensukseskan swasembada gula dan mengawal 300 investor yang berminat di sektor lain. Tapi media ini hanya berinvestigasi dalam zona menduga dengan asumsi tidak benar. Ini benar-benar menyesatkan publik,” tegas Raziki.
Perlu diketahui, pemberian bantuan dari Kementan untuk memperlancar pengurusan izin konsesi tebu tidak hanya diberikan kepada perusahaan tertentu, Namun diberikan juga kepada 10 investor lainnya. Dengan demikian, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mendukung penuh investasi pembangunan pabrik gula dengan membantu percepatan penerbitan izin sesuai peraturan perundang-undangan.
Oleh karena itu, Razikin menilai media yang nasional ini sebagaimana fungsinya melakukan kontrol sosial terhadap kemajuan bangsa dan negara, seyogyanya mengangkat pemberitaan yang jelas-jelas fakta. Kemudian, memuat rangkaian program Kementan secara holistik sehingga bukan menyoal yang sifatnya dugaan untuk mencari kelemahan.
“Jadi, ya jangan lah menyembunyikan fakta bahwa Menteri Amran mendukung investor lainnya tanpa pamrih atau imbalan apapun. Mentan selalu ikhlas kerja untuk ummat, bangsa dan Negara,” terangnya.
Lebih lanjut Razikin menilai media sekelas Majalah Tempo pun tidak pantas memberitakan soal pribadi Menteri Amran yang memberikan sumbangan senilai Rp 100 juta untuk pembangunan masjid di kampung halamannya. Harusnya turut membantu pemerintah dengan mengangkat hal-hal yang bisa memperlancar tercapai swasembada gula.
“Ini kan konyol, masa menyoal investasi dan swasembada ala Menteri Amran dikaitkan dengan amal perbuatan secara pribadi. Kenapa urusan pribadi yang mulia ini dipolitisasi. Saya juga yakin Majalah Tempo pasti melakukan tindakan amal dan sangat buruk jika ada yang keberatan dan mempolitisasinya,” ucapnya.
Melansir catatan Kementan, pemberitaan Majalah Tempo cenderung negatif terhadap Kementan, bahkan pada 2017, 67% berita Tempo berisikan pemberitaan negatif terhadap program Kementerian yang mengurus pangan ini. Berita-berita tersebut tidak objektif, tendensius, menyesatkan, dan menggiring opini negatif kepada publik untuk menyudutkan Kementan.
“Ditemukan adanya berita pesanan oleh pihak tertentu pada media tertentu dengan imbalan khusus, tetapi media tersebut tidak mau memuat berita tersebut, karena diduga berafiliasi dengan mafia pangan. Akan tetapi substansi berita tersebut dimuat di Majalah Tempo,” papar Razikin.
Terkait kinerja Kementan selama pemerintahan Jokowi-JK, Razikin sangat menyayangkan Majalah Tempo yang hanya melihat dengan hanya menggunakan kacamata kuda. Kinerja Kementan bukanlah berdasarkan data internal, namun rilis oleh lembaga negara yang kompeten.
“Lihat saja, program Kementan yang secara khusus dari hasil riset Bappenas dinilai sebagai ujung tombak pertumbuhan ekonomi daerah, dan telah mendapatkan banyak apresiasi dari dunia internasional,” sebutnya.
BPS pun sebagai satu-satunya lembaga yang diberi legitimasi mengeluarkan data di republik ini menyatakan kinerja Kementan telah banyak meghasilkan rekor yang membanggakan. Pertama, inflasi terendah sektor pangan sebesar 1,26 di tahun 2017.
Kedua, lanjutnya, peningkatan ekspor yang signifikan serta PDB pertanian tumbuh sebesar 3,7% yang melampaui target pemerintah 3,5% di tahun 2018. Ketiga, terhadap pencegahan korupsi, KPK pun mengakui dengan memberikan predikat Anti Gratifikasi Terbaik, selain sejarah penghargaan WTP dalam 3 tahun terakhir dari BPK.
“Ini yang harus diliput majalah besar itu. Jangan pura-pura tidak tahu demi kepentingan mafia pangan yang menungganginya. Ingat, Menteri Amran berkomitmen tegakan pemerintahan yang bersih dari KKN, sehingga dia berani sikat mafia pangan tanpa kompromi,” jelasnya.