Berkat Program Padi Gogo Kementan, Sumedang Manfaatkan Lahan di Musim Kemarau

Loading

SUMEDANG (IndependensI.com) – Program padi gogo Kementerian Pertanian (Kementan) benar-benar membantu petani di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat sehingha dapat memanfaatkan lahan di musim kemarau. Salah satu buktinya petani Desa Kudangwangi, Kecamatan Ujungjaya bersama Dinas Pertanian dan Kementan tengah melakukan program gerakan tanam padi gogo sawah seluas 100 hektar, Selasa (24/9/2019).

Kepala Dinas Pertanian Sumedang, Yosep Suhayat dihadapan para petani menghimbau untuk menyamakan persepsi dalam program pemanfaatan lahan di saat musim kemarau seperti sekarang ini. Menurutnya, menanam padi gogo sawah itu solusi terbaik untuk petani, salah satunya petani Desa Kudangwangi.

“Ya hal ini tentu mengingat lahan di sini sangat susah untuk dialiri air. Namun dengan ada program gowah (gogo sawah, red) dari Kementerian Pertanian sangat membantu kebutuhan pertanian kita di sini,” ujarnya.

Karena itu, Yosep meminta kepada petani untuk melaksanakan program gowah tidak sampai di sini saja. Namun hingga pada petani memperoleh hasil panen.

“Saya sangat berharap bapak ibu petani melaksanakan program padi gowah tersebut sampai panen dan mendapatkan hasilnya,” tuturnya.

Dodo Wardani, Ketua Kelompok Tani Sayang Kaak, menyebutkan kelompok taninya yang beranggotakan 92 orang dengan luas area 68 ha, sudah menerima bantuan benih padi gowah sebanyak 1,5 ton. Sebagai petani dan ketua kelompok tani, ia mengaku sangat mendukung program pemerintah tentang padi gowah ini karena berhasil membuat petani memfaatkan lahannya di musim kemarau.

“Kami petani di sini jadi bisa manfaatin lahan. Padahal biasanya di musim kayak gini susah pak, Insya Allah dengan ada gowah ini nantinya bisa ndongkrak penghasilan petani disini,” sebutnya.

Namun demikian, Dodo mengaku petani petani di Desa Kudangwangi mengalami kesulitan akibat kurangnya pompa air beserta infrastrukturnya. Petani sangat membutuhkan instalasi pipa air yang akan disalurkan ke sawah petani.

“Kalau selama ini pompa air yang ada masih dikit, nggak bisa mengairi sawah pas musim kemarau,” katanya.

Sama halnya dengan Kelompok Tani Sangkali, menurut Tasdik selaku ketua kelompok, yang dibutuhkan saat ini pompa air dan pipa untuk pengairan sepanjang 600 meter, dari sumber air sungai Cimanuk, termasuk traktor sewaan yang digunakan untuk menggarap lahan saat ini. Tapi Tasdik sangat bersyukur karena telah menerima bantuan benih padi gogo inpago sebanyak 0,5 ton dengan luas area 10 ha dari Kementan.

“Satu lagi kesulitan kami kurangnya tenaga kerja, sampai-sampai harus mengimpor dari wilayah Indramayu,” ujarnya.

Terkait varietas padi, sebut Tasdik, petani di wilayahnya pada umumnya memakai varietas Inpari 32 dan Inpari 42 karena harga jual lebih tinggi, yakni maksimal Rp.5.600 per kg. Berbeda halnya di bulan Februari harga jual mencapai Rp 3.000 sampai 3.500 per kg.

“Untuk produktivitas per hektar padi varietas inpari 32 dan 42 sebesar 9 ton GKP (gabah kering panen, red) per hektar atau sebanyak 6 ton GKG per hektar,” tuturnya.

Menanggapi apa yang diungkapkan petani, Kepala Bidang Tanaman Pangan Kabupaten Sumedang, Aep Suyoto menuturkan kebutuhan petani yang mendasar saat ini di Desa Kudangwangi berupa infrastruktur.

“Kemudian pompa air guna mendukung indeks pertanaman sehingga menjadi 3 kali tanam,” terangnya.

Akan hal ini, Kepala Subbagian Program Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Yusup mengatakan sebagai upaya mitigasi kekeringan, Kementan disamping melakukan pecepatan gerakan tanam juga mengalokasikan bantuan pompa, selang dan sumur. Alokasi bantuan pompa sebanyak 1.000 unit, selang 50 ribu meter dan sumur 200 unit.

“Kami langsung tindaklanjuti usulan dari daerah yang terdampak kering. Kami upayakan semaksimal mungkin agar mereka segera bisa tanam di September ini,” beber Yusup.