Ngawi (Independensi.com) – Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Pemerintah Kabupaten Ngawi menjamin tanam dan panen padi aman. Hal ini dibuktikan dengan Ngawi sebagai salah satu penyangga pangan nasional melakukan panen sekaligus gerakan tanam di Desa Dawu, Kecamatan Paron seluas 396 hektar, Rabu (4/12/2019).
Panen dan gerakan tanam ini dilakukan Menteri Pertanian yang diwakili Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi bersama Bupati Ngawi Budi Sulistyono. Berdasarkan hasil ubinan, provitas padi mencapai 8,5 ton gabah kering panen (GKP) per hektar.
Bupati Ngawi, Budi Sulistyono menyebutkan dengan luas lahan sawah seluas 50.197 ha dan Indek Pertanaman (IP) 2.6, pada tahun 2019 posisi sampai dengan bulan November produksi gabah di Kabupaten Ngawi sebesar 778.986 ton. Hasil ini setara dengan 446.904 ton beras, sehingga terjadi surplus.
“Ngawi ini sudah surplus beras, bahkan kebutuhannya hanya sebagian kecil sebesar 20 persen dari produksinya,” kata Budi dalam acara panen dan tanam tersebut.
Menurut catatan, konsumsi beras penduduk Kabupaten Ngawi sebesar 92.600 ton per tahun atau 20%. Dengan demikian terjadi surplus beras sebesar 354.304 ton atau 80% persen.
“Yang menjadi concern pemerintah saat ini, bagaimana Ngawi mampu memenuhi produksi pangan untuk di wilayahnya dan wilayah luar,” beber Budi.
“Untuk menjamin bahkan meningkatkan produksi sehingga Kabupaten Ngawi tetap menjadi lumbung pangan, dibutuhkan manajemen atau tata kelola air,” sambungnya.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi mengapresiasi apa yang telah dicapai Kabupaten Ngawi. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo telah memberikan arahan terkait pengembangan pertanian yang maju, mandiri dan modern khususnya untuk Kabupaten Ngawi.
“Ada tiga pesan yang dititipkan Pak Menteri untuk Ngawi. Pertama peningkatan tata kelola manajemennya. Kedua, penguatan transformasi Balai Penyuluh Pertanin (BPP, red) di kecamatan dengan digitalisasi. Ketiga, target kenaikan produksi dan ekspor jangan biasa biasa saja,” ujarnya.
Terkait tata kelola manajemen produksi di Kabupaten Ngawi, Suwandi menjelaskan perlu membentuk 1 skala manajemen cluster korporasi dalam 1 hamparan seluas 500 hektar di Desa Dawu. Istilah kerennya yakni corporate farming, sehingga kelompok tani, gabungan kelompok tani (gapoktan) bersatu dan naik kelas dalam wadah korporasi dan mempunyai nilai tawar yang tinggi.
“Untuk pemberdayaan BPP, harus ada gerakan besar di level kecamatan. Jadi semua data terkumpul di BPP dengan sistem digitalisasi,” jelasnya.
Suwandi menegaskan hal inilah yang disebut Komando Strategi Pertanian (Kostra Tani) yang dibentuk Mentan Syahrul Yasin Limpo. Fungsinya yakni baik data, materi penyuluhan, membangun jejaring, bahkan monitoring pemanfaatan alsintan dengan sistem online dilakukan di Kostra Tani sebagai wadah pembangunan pertanian berbasis teknologi 4.0 dari bawah (button up).
“Intinya Kostra Tani ini berfungsi membangun jaringan yang dikendalikan di Konsta Tani, level kecamatan,” tegasnya.
Terkait target produksi, Suwandi menekankan bahwan Mentan Syahrul ingin naiknya jangan biasa saja, alias harus ada lompatan besar. Targetnya minimal naik 5 persen.
Bagaimana caranya, lanjut Suwandi, yakni dengan cara kelompok petani masuk Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan bermitra dengan pelaku usaha. Kesimpulannya setiap hamparan harus muncul wirausaha baru dan orientasinya sudah mulai ke ekspor dengan targetnya harus naik 3 kali lipat.
“Inilah yang kita sebut Kostra Tani sebagai simpul gerakan membangun pertanian di lapangan. Semua bermuara pada simpul di situ baik data, materi penyuluhan, membangun jejaring, bahkan monitoring pemanfaatan alsintan dengan sistem online,” jelas Suwandi.
Lebih lanjut Suwandi mengatakan intinya Kostra Tani ini berfungsi membangun jaringan berbasis IT yang dikendalikan di Konsta Tani di level kecamatan.
“Kami akan kawal terus program ini, apalagi Jawa Timur ini sentra produksi dan pengekspor produk tanaman pangan,” tuturnya.
Pada panen dan gerakan tanam ini, Kementan memberikan bantuan benih padi seluas 2.580 ha, benih jagung seluas 1.160 ha, benih kedelai seluas 195 ha, traktor 2 unit, Combine Harvester 1 unit, pompa air 2 unit, sumur dangkal 1 paket, Rehab Jaringan Irigasi Tersier (RJIT) 1 paket serta Asuransi Usaha Tani Pertanian (AUTP) 1 paket digitalisasi.