PONTIANAK (Independensi.com) – Presiden Dayak International Organization (DIO), Datuk Jeffrey G Kitingan, menegaskan, sepenuhnya menugaskan personil Perwakilan Dayak di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat (AS).
DIO menggantikan tanggungjawab penugasan Wakil Tetap Dayak di PBB yang sebelumnya oleh Borneo Dayak Forum (BDF). “Andrew Ambrose Atama Katama sebagai DIO Ambassador penduduk pribumi Dayak di PBB, New York, dengan tugas utama memperkenalkan kebudayaan Suku Dayak di forum internasional,” kata Jeffrey G Kitingan di Pontianak, Senin, 9 Desember 2019.
Di Pontianak, Jeffrey G Kitingan menghadiri rapat pendahuluan DIO dan Majelis Hakim Adat Dayak Nasional (MHADN), untuk memberikan masukan pada rapat paripurna DIO, International Dayak Justice Council (IDJC), dan MHADN di Pontianak, akhir Januari 2020.
IDJC dan MHADN tindaklanjut Temenggung International Conference di Sintang, Kalimantan Barat, 28 – 30 November 2018 dan International Dayak Justice Congress di Keningau, Sabah, Malaysia, 14 – 16 Juni 2019.
Jeffrey G Kitingan, anggota parlemen tingkat Federasi Malaysia asal pemilihan Distrik Keningau, Negara Bagian Sabah.
Menurut Jeffrey G Kitingan, DIO murni memperkenalkan kebudayaan Suku Dayak di PBB, sehingga di dalam kiprahnya tetap berkomunikasi baik dengan Kedutaan Besar Indonesia, Brunei Darussalam dan Malaysia. DIO Ambassador bukan wakil state, tapi wakil kebudayaan Dayak.
“DIO dan Borneo Dayak Forum memang berbeda. DIO diurus azas legal formalnya, sementara Borneo Dayak Forum, sifatnya hanya sebuah forum. Dengan kehadiran DIO, maka posisi DIO kedudukannya lebih tinggi dari Borneo Dayak Forum atau BDF,” ujar Jeffrey G Kitingan dalam rapat dihadiri Ketua Dewan Pertimbangan MHADN, Cornelius Kimha.
Hadir pula Sekretaris Jenderal DIO, Yulius Yohanes, Sekretaris Jenderal MHADN, Salfius Seko, Kepala Sekretariat DIO Jalumin Bayogoh, Wakil Tetap Dayak di PBB, Andrew Ambrose Atama Katama, pengurus MHADN lainnya, Tobias Ranggie, Moerdjani Aban, Aju, Ajonedi Minton, Abelnus, Alimunawar.
Dalam kesempatan itu, Jeffrey G Kitingan menyatakan mundur sebagai Presiden BDF yang sudah dipegang selama 10 tahun terakhir, untuk lebih fokus menangani DIO.
DIO lahir dalam Seminar Internasional dan Ekspedisi Napak Tilas Damai Tumbang Anoi 1894 tahun 2019 di Cagar Budaya Rumah Betang Damang Batu di Desa Tumbang Anoi, Kecamatan Damang Batu, Kabupaten Gunung Mas, Provinsi Kalimantan Tengah, Indonesia, 22 – 24 Juli 2019.
“Berbagai organisasi Dayak bersifat internasional nantinya tetap di bawah DIO. Jadi DIO sebagai induk organisasi Dayak bertaraf internasional, sebagaimana segera dibentuk pengurus diaspora Dayak di seluruh dunia,” kata Jeffrey G Kitingan.
Cornelius Kimha, mengatakan, ada dua agenda Suku Dayak di PBB, New York, Amerika Serikat, tahun 2020, yaitu April 2020 dan September 2020.
Salah satu yang akan dibahas, rencana pengembalian tengkorak orang Dayak yang dimiliki salah satu kolektor secara illegal di Amerika Serikat.
Proses hukum kepemilikan tengkorak orang Dayak di Amerika, tengah ditangani Konsulat Jenderal Republik Indonesia di San Francisco.
Kemudian pada November 2020, pengukuhan kepengurusan DIO, IDJC dan MHADN di Sintang, Provinsi Kalimantan Barat. (Aju)