JAKARTA (Independensi.com) – Tentara Nasional Indonesia (TNI) membeli Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) berupa 4 unit kapal selam Scorpene dan 2 unit kapal Corvette buatan Perancis.
Alutsista produksi Perancis direncanakan dilengkap sistem Peluru Kendali (Rudal) produksi patungan negara Eropa dan Amerika Serikat (AS), untuk menghadapi ancaman militer China di Laut Natuna, Provinsi Riau Kepulauan.
MBDA adalah pengembang dan produsen rudal beroperasi di Perancis, Inggris, Italia, Inggris, Jerman, Spanyol dan Amerika Serikat.
MBDA gabungan Rudal Aerospatiale-Matra Perancis (dari EADS), Alenia Marconi Sistem Italia (dari Finmeccanica) dan Matra BAe Dynamics British (dari BAE Systems) pada Desember 2001. Pada tahun 2003 perusahaan memiliki 10.000 karyawan.
Pada 2011, MBDA mencatat omset €3 miliar, menghasilkan lebih dari 3.000 rudal dan mencapai €10,5 miliar. MBDA bekerja dengan lebih dari 90 angkatan bersenjata di seluruh dunia.
Laman https://www.navyrecognition.com/, Senin, 20 Januari 2020, dengan judul: “Indonesia plans to buy 4 Scorpene submarines and 2 Gowind corvettes”, menyebut, pembelian Alutsista dari Perancis, dalam upaya menghadapi agitasi China di Laut Natuna (Laut Cina Selatan).
Kapal patroli China merasa tidak bersalah memasuki wilayah laut Indonesia di Laut Natuna, dengan dalih area tersebut merupakan wilayahnya secara sah.
Sampai sekarang belum ada keterangan resmi dari Kementerian Pertahanan Republik Indonesia, sehubungan rencana pembelian 4 unit kapal selam merk Scorpene dilengkapi Rudal Exocet SM39 dan dua Corvette berbobot mati 2.500 ton.
Kunjungan Menteri Pertahanan Republik Indonesia, Prabowo Subianto ke Paris, Perancis, Senin, 20 Januari 2020, tidak terlalu banyak memberikan komentar sehubungan memanasnya hubungan Indonesia dan China.
Selama berada di Paris, Prabowo sama sekali tidak memberikan keterangan pers, sehubungan rencana pembelian senjata dari Perancis.
Menurut laman https://www.navyrecognition.com/, pembelian dari Indonesia dapat dilakukan melalui perjanjian antar pemerintah antara Perancis dan Indonesia, yang ingin segera dilaksanakan.
Sebagai catatan, dalam 10 tahun, Paris telah menjual 1,36 miliar euro dalam perlengkapan militer ke Jakarta, dengan puncaknya pada 2013 (480 juta euro).
Tahun 2013, MBDA telah menjual sistem senjata permukaan-ke-udara yang sangat pendek (Mistral 3) dengan harga lebih dari 200 juta euro dan Nexter telah menempatkan sistem 37 Caesar (115 juta euro).
Tiga kelompok warna ini dapat mengandalkan kemitraan strategis yang ditandatangani pada tahun 2011 antara Prancis dan Indonesia.
Mengenai kapal selam Scorpene yang sudah dijual di India dan Malaysia, Indonesia memiliki dua proposal Perancis: satu berkaitan dengan penjualan dua kapal selam dan yang lainnya untuk akuisisi empat model yang dilakukan sebagai bagian dari transfer teknologi (ToT) dengan kelompok Indonesia PT. SAHABAT.
Sebuah kelompok kerja telah dibentuk antara Grup Angkatan Laut dan Angkatan Laut Indonesia.
Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI-AL) sudah memiliki 5 unit kapal selam. Dua unit di antaranya dari Jerman tahun 1981 yang sudah mengalami perbaikan menyeluruh sistem persenjataannya di Korea Selatan, sehingga mampu mengembalikan kekuatan tempur 100 persen.
Tiga lagi dipesan dari Korea Selatan, Transfer of Technology (ToT) dari (DSME) kepada PT PAL, Surabaya, yaitu dengan nilai kontrak dilengkapi transfer teknologi senilai Rp14,4 triliun.
Dua di antaranya, yaitu KRI Nagapasa 403 dan KRI Ardadedali-404 dimana sudah diserahterimakan pada pada 2 Agustus 2017) dan KRI Ardadedali 404 (rampung yang diproduksi di Korea Selatan.
Satu lagi sepenuhnya diproduksi di PT PAL Surabaya, bernama Alugoro 405, memiliki kemampuan jelajah hingga 50 hari dan didesain dengan “life time” atau usia mencapai 30 tahun, dan mampu membawa 40 kru. Kapal selam memiliki panjang keseluruhan 61,3 meter dengan kecepatan mencapai 21 knot ketika berada di bawah air.
Bobot kapal selam adalah sebesar 1.460 ton saat muncul di permukaan, dan bobot 1.596 ton ketika menyelam dibawah permukaan. KRI Alugoro 405 diserahterimakan kepada TNI AL pada Kamis, 11 April 2019.
Republik Indonesia, direncanakan memiliki 12 unit kapal selam. Jika 4 unit pesanan kapal selam dari Perancis terwujud, PT PAL Surabaya, harus memproduksi 3 lagi, sehingga mencukupi 12 kapal selam di dalam menjaga wilayah laut Indonesia. (Aju)