PALANGKA RAYA (Independensi.com) – Lewis KDR (81 tahun), dari aspek anthropolgi budaya, salah tokoh legendaris yang paling berjasa membangun jaringan infrastruktur sistem religi (agama) Dayak bersumber doktrin/berurat berakar dari legenda suci Dayak, mitos suci Dayak, adat istiadat Dayak dan hukum adat Dayak, dengan menempatkan hutan sebagai simbol dan sumber peradaban.
Kebudayaan Suku Dayak dikenal luas dengan kepatuhan orang Dayak akan sistem religi yang kuat di Provinsi Kalimantan Tengah, berkat produk literasi yang memadai dari sebuah jaringan infrastruktur agama asli Dayak.
Yaitu ditetapkan nama Agama Kaharingan, tempat ibadat bernama Balai Basarah, kitab suci bernama Panaturan. Isi Kitab Suci Panaturan (bersumber dari legenda suci Dayak Ngaju, mitos suci Dayak Ngaju, adat istiadat Dayak Ngaju dan hukum adat Dayak Ngaju).
Apabila Tjilik Riwut/Theresia Ambarwati Nilla Riwut, 2003, menyebut ada 7 suku besar Dayak di Pulau Borneo, maka idealnya mesti ada 6 lagi agama asli Dayak yang harus dibangun jaringan infrastrukturnya, sebagaimana Agama Kaharingan di Provinsi Kalimantan Tengah.
Pada Nopember 2020 di Sintang, Ibu Kota Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat, bersamaan dengan pengukuhan pengurus Dayak International Organization (DIO), International Dayak Justice Council (IDJC) dan Majelis Hakim Adat Dayak Nasional (MHADN), akan dideklarasikan tempat keramat Dayak, untuk menjadikan hutan sebagai simbol dan sumber peradaban.
Peran Lewis KDR perlu diungkap, semata-mata mengingatkan kita semua, betapa pentingnya sistem religi dari sebuah suku bangsa di manapun di dunia di dalam membentuk karakter dan jatidirinya.
Membangun jaringan infrastruktur sistem religi Dayak, harus melalui sebuah produk literasi.
Resolusi Perserikan Bangsa-Bangsa (PBB) Nomor 12230, tanggal 17 Nopember 1999, menetapkan setiap 21 Februari sejak 2000 sebagai Hari Bahasa Ibu International.
United Nation General Assembly (UNGA) pada 18 Oktober 2019, menetapkan Peringatan Hari Bahasa Ibu International selama satu dekade, 2022 – 2030. (Aju)
Pontianak, 1 Februari 2020