DENPASAR (Independensi.com) – Perekonomian di Bali saat ini mengalami pergeseran seiring berkembangnya sektor pariwisata yang lebih dominan untuk PDRB Bali. Diketahui sektor pertanian menduduki tempat kedua, dalam hal kontribusi terhadap PDRB atau sekitar 14,7%, namun kini sektor ini berangsur menurun.
Ni Luh Made Wiratmi, Asisten Perekonomian dan Administrasi Daerah Propinsi Bali, mengatakan permasalahan klasik yang dihadapi adalah produk olahan belum ada pola produksi, sehingga petani hanya bekerja di sektor budidaya, dan belum menyentuh akses pasar.
“Hal ini yang kedepan menjadi tantangan bagi perkembangan pertanian di Bali. Ada kendala dalam akses pasar,” jelasnya dalam Focus Group Discussion (FGD) Pemantapan Kostratani Dalam Mendukung Ekspor Produk Pertanian, di Bali, Selasa (25/2).
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Propinsi Bali, IB Wisnuardhana menilai positif keberadaan Kostratani yang digaungkan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo. Peran penyuluh akan semakin krusial, dan menjadi terdepan dalam pembangunan pertanian Bali.
Pihaknya mengaku telah mengidentifikasi kekuatan Kostrada (Propinsi), mulai dari pemetaan penyuluh hingga sentra produksi komoditas unggulan. Menurut Wisnuardhana, Bali punya banyak potensi komoditas ekspor, namun masih terkendala belum terjamin kontinuitas pasokan, dan optimalnya penerapan sistem mutu.
“Organisasi Kostratani dapat menjawab kebutuhan ini. Beberapa langkah strategis telah dipersiapkan untuk mendukung peningkatan ekspor,” jelasnya.
Langkah strategis tersebut antara lain registrasi kebun, sistem jaminan mutu, registrasi packing house, pengembangan komoditi unggulan spesifik lokasi dan
Penguatan kelembagaan petani, khususnya salak, jeruk, anggur, mangga, kakao, dan kopi.(***) eft