PARIGI MOUTONG (Independensi.com) – Kementerian Pertanian (Kementan) mencanangkan gerakan percepatan tanam di seluruh Indonesia. Hal ini untuk mengantisipasi kemarau yang diperkirakan akan lebih kering dari biasanya. Hal ini langsung direspon oleh Unit Pelayanan Jasa Alat Mesin Pertanian (UPJA) dan penyuluh pertanian di Parigi Moutong.
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengimbau insan pertanian untuk tetap bekerja selama pandemi Covid-19, khususnya untuk mencegah terjadinya krisis pangan.
“Walaupun dalam kondisi pandemi Covid-19, don’t stop, maju terus, pangan harus tersedia dan rakyat tidak boleh kekurangan pangan,” ungkap Mentan SYL.
Bahkan, menteri yang juga mantan Gubernur Sulawesi Selatan dua periode ini juga mengajak petani langsung melakukan kegiatan tanam pasca panen.
“Setelah panen segera lakukan percepatan tanam, tidak ada lahan yang menganggur selama satu bulan,” ujar Mentan SYL.
Selain itu, dia berharap penggunaan teknologi seperti alat mesin pertanian (alsintan) mampu meningkatkan produksi padi pada tahun-tahun mendatang.
“Dengan teknologi, saya berharap tidak mendengar adanya penurunan produksi. Gunakanlah alat canggih yang ada supaya kita bisa ekspor. Kita harus serius dalam mengurus pertanian ini,” tuturnya.
Menyikapi arahan tersebut, Kelompok UPJA Tani Baru, Parigi Moutong, Sulawesi Tengah sudah siap untuk melakukan pengolahan lahan sawah agar dapat dilakukan perecepatan tanam.
Ketua UPJA Tani Baru I Wayan Darmawan menjelaskan, saat ini sedang dilakukan olah tanah untuk persiapan penanaman padi di lahan seluas 25 hektare (ha) dari jumlah lahan yang ada seluruhnya.
“Pengolahan untuk persiapan tanam dilakukan karena mengoptimalkan potensi air yang ada di daerah kami. Kalau terlambat kosekuensinya gagal panen,” ujar Wayan Darmawan.
Kegiatan olah lahan dan tanam padi tersebut didampingi langsung oleh penyuluh pertanian Ni Komang Suardani yang bertugas di Kostratani BPP Sausu, Kabupaten Parigi Moutong.
“Mengingat pandemi covid-19 masih merebak, tentunya kami tidak ingin krisis pangan melanda daerah kami. Apalagi musim kemarau sudah dekat, sehingga harus mengoptimalkan sumber daya yang ada. Semoga apa yang kami lakukan ini dapat memenuhi kebutuhan pangan utama masyarakat bukan hanya lokal bahkan nasional,” katanya.
Pengolahan lahan maupun penanaman padi yang dilakukan semuanya mengunakan alat mesin pertanian (alsintan), baik itu traktor roda empat dan alat tanam padi (Rice Transplanter).
Penggunaan alsintan tentunya membuat pekerjaan lebih cepat selesai. Jumlah orang yang dibutukan untuk kegiatan tanam tidak banyak, sehingga meminimalkan interaksi orang-orang di lahan dan tetap menerapkan protokol kesehatan.
“Sebagai penyuluh yang merupakan bagian dari insan pertanian, kami harus tetap melakukan tugas pokok, yakni mendampingi dan mendorong petani untuk melakukan percepatan taman,” kata Komang.
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian (Kementan) Sarwo Edhy menambahkan, akses pada teknologi pertanian dapat dilakukan lewat UPJA.
Selain UPJA, petani juga bisa melakukan sewa pinjam alsintan yang dikelola Brigade Alsintan dan Kelompok Usaha Bersama (KUB) di daerah masing-masing.
“Dengan menggunakan alsintan, petani akan lebih hemat dan lebih cepat dalam proses menanam juga panen,” terang Sarwo.
Keuntungan lainnya, sambungnya, penggunaan alsintan dapat mengurangi penyusutan hasil panen (losses) sebesar 10 persen dan meningkatkan nilai tambah.
“Bahkan, penanaman padi yang dulunya hanya satu kali setahun, kini bisa tiga kali karena proses pengolahan dan panen yang cepat. Produksi yang dicapai petani lebih tinggi, pendapatan petani pun ikut naik,” pungkas Sarwo Edhy.(wst)