Independensi.com – Pada hari Minggu 4 Oktober 2020, kemarin, rakyat Kaledonia Baru telah memberikan suara dalam sebuah referendum dan menyatakan keinginan mereka untuk tetap jadi bagian Perancis, dengan status ‘territoire outre-mér’ (kawasan sebarang lautan, setara propinsi)
Referendum ini yang kedua kalinya, setelah referendum sebelumnya pada tahun 2018. Pada tahun 2022 nanti akan referendum lagi untuk yang ke 3 kali, sebagai tindak lanjut dari kesepakatan ‘Noumea Accord’ yang dilakukan pada tahun 1998. Kesepakatan ini dibuat akibat peristiwa yang terjadi pada 1980 dimana para pendukung kemerdekaan atau yang disebut kaum independentis, telah melakukan kerusuhan yang mengakibatkan korban.
Pada referendum ke 2 kemarin, kaum indepentis kalah tipis 46.7% berbanding 53.3%. Pada referendum tahun 2018 kaum independentis kalah lebih besar yaitu 43.6% terhadap yang tiak setuju merdeka yakni 56.4 %. Apakah pada 2022 mereka akan menang? Kita tunggu saja hasilnya nanti. Tingkat partisipasi rakyat Kalodonia Baru dalam referendum ini cukup tinggi yakni mencapai 85.6%
Kaledonia Baru menjadi jajahan Perancis sejak tahun 1853, setelah di aneksasi oleh Napoleon III. Penduduk Kaledonia Baru saat ini sebanyak 270.000 jiwa, terdiri dr 40% penduduk asli etnis Melanesia, yang disebut bangsa Kanak. Keturunan Perancis sebanyak 33%, disebut bangsa Caldoche (baca Kaldosh), selebihnya 27% adalah campuran orang-orang Polinesia, Vietnam, Indonesia (keturunan Jawa), dan lain-lain.
Keturunan Jawa ada lebih kurang 3%, mereka dulu dikirim oleh Pemerintah kolonial Belanda sejak tahun 1896, atas permintaan Perancis untuk bekerja di tambang nikel di sana. Nasib keturunan Jawa ini mirip-mirip dengan saudara-saudara mereka yang dikirim ke Suriname dan Sumatera Utara sebagai pekerja kebun tembakau.
Hukum yang dipakai Belanda adalah ‘koeli ordonantie 1881’ atau yang lebih dikenal dengan istilah koeli contract.
Keinginan kemerdekaan Kaledonia Baru sulit di ramal. Kekuatan kaum independentis di dominasi oleh orang Kanak yang jumlahnya hanya 40%, dan tidak semua ingin merdeka.
Sementara orang Caldoche dan lain-lain lebih merasa nyaman berada di bawah Perancis, karena ada ketergantungan ekonomi/finansial. Apalagi Perancis juga masih memandang Kaledonia Baru penting karena tambang nikel dan industri manufaktur elektronik yang menguntungkan. (omo aulia)