JAKARTA (Independensi.com) – Sragen merupakan salah satu penghasil beras terbesar di Indonesia yakni menempati peringkat ke 9. Pencapaian ini karena petani di Sragen menerapkan berbagai terobosan inovasi dan teknologi salah satunya tanam padi dengan pola indeks pertanaman (IP) 400 atau tanam dan panen 4 kali setahun.
Berangkat dari hal ini, Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong penuh model budidaya padi dengan pola IP400 untuk meningkatkan produksi padi, ketahanan pangan dan nilai tambah atau kesejahteraan petani. Menurut Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Suwandi, pola IP400 artinya petani menanam dan memanen padi sebanyak empat kali dalam setahun dengan mengefektifkan masa tanam, selama tiga bulan petani harus mampu menanam padi dari mulai persemaian, olah tanah sampai panen.
“Kuncinya pengaturan pola tanam dan jenis varietasnya berumur pendek dan cepat panen sehingga bisa panen 4 kali setahun. Benih berumur pendek 70 sampai 90 hari yang disemai di luar, pola dan waktu tanam sesuai kalender tanam,” demikian dikatakan Suwandi saat terjun menemui petani padi di Desa Mlale Kecamatan Jenar, Kabupaten Sragen menerapkan tanam padi IP400, Sabtu (28/11/2020).
Suwandi mengaku sudah menginstruksikan mulai 2021 ini setiap kabupaten mengenalkan pola tanam IP400 ini luasan minimal 25 hektar. Kementan memberikan dukungan dengan menyalurkan bantuan gratis berupa bibit unggul, alat mesin pertanian, obat-obatan, pupuk, pendampingan serta fasilitas kredit usaha rakyat (KUR) bekerja sama dengan perbankan.
“Ini akan dijadikan percontohan di tiap kabupaten untuk bisa diikuti oleh petani petani lain sehingga jangkauan IP400 lebih luas,” terangnya.
Mbah Pandi, salah seorang petani di Desa Mlale Kecamatan Jenar, Kabupaten Sragen menanam padi bersama petani lain yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dengan pola IP400 seluas 80 ha di 3 kelompok tani. Setahun dua kali tanam menggunakan varietas IR64 dengan masa panen umur 85 hari setelah tanam (HST) dan dua kali tanam dengan varietas Inpari32, panennya 90 HST.
“Kami tanam padi bulan November 2019, panennya Februari 2020. Selang antara panen ke tanam lagi bulan Februari ini maksimal 5 hari. Sebelum panen bibit untuk ditanam sudah disiapkan terlebih dahulu dan setelah panen melakukan olah tanam 4 hari. Kami pakai pupuk kandang,” ungkap Mbah Pandi kepada Suwandi dan rombongan.
Bagaimana caranya usai panen langsung tanam? Mbah Pandi menjelaskan caranya melakukan penyemaian padi di luar selama 20 hingga 25 hari atau beli bibit siap tanam. Jarak waktu antara panen ke tanam maksimal 5 hari.
“Setelah dipanen dengan combine harvester langsung olah tanah dengan traktor dan disebar pupuk organik dan hari ke-5 sudah ditanam padi,” jelasnya.
Di tempat yang sama, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sragen Eka R. Mumpuni mengatakan penerapan pola IP400 ini didukung dengan ketersediaan air irigasi sepanjang waktu karena saat musim kemarau air tercukupi. Air tercukupi berkat bantuan sumur submersible dengan tenaga listrik.
“Hasil panen sekitar 9 ton perhektar, dengan harga Rp. 4.650 perkilogram gabah kering panen. Incomenya mencapai Rp 41 juta perhektar dan biaya satu musim Rp 15 juta perhektar sehingga keuntungan kotor Rp 26 juta perhektar permusim,” terang Eka.
“Kami berharap pola IP400 ini bisa diterapkan di kabupaten lain, sehingga produksi padi dalam negeri meningkat, selalu tersedia dan kesejahteraan petani pun meningkat,” pinta dia.(wst)