pelatihan pengoperasional genose
Pelatihan pengoperasional GeNose C19. (foto istimewa)

UGM Berikan Pelatihan dan Empat Unit GeNose C19 ke DPR

Loading

JAKARTA (Independensi.com) – Universitas Gadjah Mada (UGM) memberikan pelatihan penggunaan sekaligus empat unit alat pendeteksi Covid-19 berbasis embusan nafas,  Genose C19, kepada pelayanan kesehatan (Yankes) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Senin (9/8/2021).

Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Alumni, Prof. Dr. Paripurna Poerwoko Sugarda, S.H., M.Hum., LL.M, berharap GeNose C19 digunakan di fasilitas pelayanan kesehatan, instansi pemerintah, perusahaan, institusi pendidikan, dan berbagai tempat umum lainnya di Indonesia. Selain itu, GeNose C19 diharapkan dapat memberikan solusi terjangkau dari sisi harga dan mudah dalam pengoperasian di tingkat masyarakat.

“Ini sebagai apresiasi dan ucapan terima kasih dari pihak produsen GeNose kepada DPR yang memberikan dukungan dalam pengembangannya. Sejak GeNose muncul dan beredar selalu mendapatkan perhatian, khususnya dari Komisi 9 dan dan 11,” katanya ketika ditelepon, Selasa (10/8/2021).

“Kunci dari penggunaan GeNose itu di SOP (standard operating procedure) agar bekerja maksimal. Oleh karena itu, kemarin kami memberikan pelatihan agar bisa bekerja maksimal dan dirasakan manfaatnya bagi banyak pihak,” tambahnya.

Lebih jauh disampaikannya, GeNose C19 tergolong alat elektromedis noninvasif dengan basis kecerdasan buatan (artificial intelegent/AI) yang mengandalkan banyak data dan kepatuhan pada ( SOP) untuk menghasilkan performa yang mumpuni.

GeNose C19 terbukti dapat membantu masyarakat yang harus melakukan mobilitas, sehingga tetap dapat  memenuhi protokol kesehatan, khususnya saat berada di ruang publik. Semua pihak termasuk  peneliti dan pengembang, distributor, operator, maupun masyarakat pengguna perlu sama-sama dapat memastikan agar tata cara penggunaan Genose C19 sesuai dengan SOP tersebut. GeNose C19 hanya bisa dioperasikan ketika kondisi lingkungannya ideal dan sejumlah terpenuhi. Sehingga, hasil tes bisa menunjukkan akurasi yang tepat.

Misalnya, salah satu yang perlu diperhatikan adalah lokasi penempatan alat. GeNose C19 harus diletakkan di ruangan yang memiliki saturasi udara satu arah. GeNose C19 juga sudah memiliki fitur analisis lingkungan yang otomatis mengevaluasi saturasi partikel di sekelilingnya.

Operator hanya perlu melakukan mode flushing untuk memeriksa udara atau lingkungan di sekitar alat selama 30 hingga 60 menit sebelum menjalankan alat.

Software GeNose C19 akan memberi tanda pada layar monitor laptop bahwa lingkungan sudah siap (Ok) atau belum. Tanda Warna hijau dan tulisan “GO” artinya sudah Ok, sedangkan warna kuning atau merah dengan tanda seru berarti belum Ok untuk mengoperasikan GeNose C19.

“Karena itu diperlukan sedikit pelatihan. Tetapi pada dasarnya, alat ini sangat mudah digunakan. Semakin sering digunakan, akurasi semakin tepat,” paparnya.

Alat deteksi cepat Covid-19 melalui embusan napas manusia buatan tim peneliti UGM tersebut telah mengantongi izin edar dari Kementerian Kesehatan pada 24 Desember 2020.

Alat tersebut sudah diproduksi secara massal dan digunakan masyarakat luas. Bahkan jika virus Covid-19 sudah bermutasi, GeNose C19 tetap dapat mendeteksi varian virus baru SARS-CoV-2.