NUSA DUA (Independensi.com) – Padatnya jadwal turnamen di Eropa membuat performa dan stamina para pebulutangkis yang berlaga di ajang bulutangkis bergengsi berhadiah total US$ 600.000 Daihatsu Indonesia Masters 2021 tidak maksimal. Belum lagi yang dirudung cedera, sakit maupun kelelahan akibat perjalanan jauh melintasi zona waktu (jet lag) tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi pemain Internasional dan lokal. Rekondisi dan penyegaran harus segera dilakukan agar tak mengganggu penampilan di lapangan.
Bahkan pemain mancanegara yang memiliki fisik dan stamina lebih prima ketimbang pemain tuan rumah saja mengaku kesulitan untuk mengantisipasinya. “Jet lag memang tak bisa dihindari bila harus melakukan perjalanan jauh. Harus dicari cara agar segera pulih,” ujar pemain asal Denamrk, Anders Antonsen. Sebagai atlet profesional yang berupaya meningkatkan peringkat dan prestasi melalui pertandingan di seantero dunia, situasi inilah yang harus “dibayar”.
Sementara itu para pemain tuan rumah pun menghadapi situasi yang sama. Performa dan stamina mereka tergerus oleh situasi di atas. Pemulihannya perlu waktu agar bisa fit kembali. Beruntung yang bisa pulang lebih awal karena kondisi tertentu dari tur Eropa tersebut, bisa melakukan persiapan dan rekondisi lebih leluasa. Tetapi tidak dengan pemain yang berlaga sejak Piala Sudirman hingga Jerman Open, pasti lebih berat. Dari sorot mata dan raut wajah mereka tersirat kelelahan yang amat sangat dan surutnya semangat tanding. Mereka perlu istirahat panjang untuk bisa pulih. Tetapi jadwal turnamen kerap menjadi kendala dan nyaris tak ada waktu istirahat yang berkualitas.
Turnamen ini berlangsung di Bali International Convention Centre & Westin Resort, Nusa Dua, Bali, dan menjadi bagian dari rangkaian perhelatan Indonesia Badminton Festival 2021 hingga awal Desember mendatang. Sedikitnya tiga turnamen yang menyatu dalam Indonesia Badminton Festival 2021, yakni Daihatsu Indonesia Masters 2021, SimInvest Indonesia Open 2021 dan HSBC BWF World Tour.
Kendati digelar di Pulau Dewata yang identik dengan liburan dan senang-senang, para pemain harus menahan itu semua demi meraih poin peringkat maupun sukses prestasi. Sistem gelembung atau bubble system harusnya menguntungkan para atlet. Pasalnya, mereka berada dalam satu lokasi yang sama dan segala sesuatu berkenaan dengan pelatihan penyegaran hingga rekreasi sediakan oleh panitia pelaksana. Selain itu, keberadaan sistem ini dalam rangka meminimalisir penyebaran virus Covid-19.
Kegiatan ini menjadi salah satu upaya agar tidak ada kontak langsung dari orang di luar gelembung, menyusul konsekuensi menggelar turnamen di masa pandemi. Dengan adanya sistem ini, otomatis penonton dan para pendukung tuan rumah akan terbatas. Tak ada lagi yel-yel dan teriakan dukungan bagi pemain tuan rumah seperti yang biasa dilakukan. Untuk itulah, penyebarluasan informasi turnamen ini memaksimalkan peran media massa hingga media sosial. Foto-foto dan video yang berkenaan dengan keberadaan para pemain tuan rumah dalam gelaran ini selalu ditunggu perkembangannya.