PEKALONGAN (Independensi.com) – Gubernur Akademi Bela Negara (ABN) NasDem IGK Manila bersama Ketua Dewan Pakar NasDem Kabupaten Sukabumi, H. Ayep Zaki yang juga penggiat pertanian Indonesia menyerahkan bantuan bibit, pupuk, nutrisi tanaman hingga cangkul kepada petani kedelai dan melon di Desa Watugajah Pekalongan, Jawa Tengah, Rabu (31/3). Daerah tersebut menjadi salah satu proyek percontohan program budidaya kedelai dan melon yang dilakukan ABN NasDem.
“Ini menjadi project jangka panjang di Kabupaten Pekalongan sasarannya adalah memberikan edukasi dan pendidikan kepada para petani dengan baik sehingga produksinya meningkat dan menguntungkan yang pada akhirnya menjadikan kesejahteraan bagi para petani,” kata H. Ayep Zaki di sela penyerahan bibit kedelai dan melon.
Dalam pertemuan yang turut dihadiri Kepala Desa Watugajah itu dikatakan Ayep Zaki, ABN NasDem akan terus melakukan pendampingan kepada para petani mulai dari sebelum penanaman, pada saat penanaman hingga pasca panen untuk menjembatani hasil panen para petani.
“Dan selanjutnya untuk musim tanam di akhir tahun ini juga diupayakan ada cpcl (Calon Petani dan Calon Lokasi) untuk bisa ditanami kedelai. Untuk uji coba ini akan segera dilaksanakan penanaman kedelai dan melon,” kata dia.
Pada kesempatan tersebut, Gubernur ABN IGK Manila menyampaikan bagaimana perkembangan pertanian di Bali yang dulunya merupakan penghasil pertanian yang baik mulai dari jeruk, salak hingga padi dan jagung yang dapat memberikan kesejahteraan kepada petani pada waktu itu.
“Tapi berselang lamanya waktu maka sistem atau ekosistem pertanian ini sudah terkikis dengan kegiatan-kegiatan khusus Bali adanya pariwisata,” kata ungkap IGK Manila.
Manila menuturkan, saat menjabat sebagai Sekretaris Anggota Watimpres di periode 2014-2019 bersama Jan Darmadi yang pada waktu itu juga menangani sektor pertanian sempat berkeliling ke berbagai wilayah sentra-sentra pertanian di Indonesia.
“Keluhan-keluhan umumnya hampir sama di berbagai daerah dengan keluhan di Desa Watugajah ini. Keluhan yang paling mendasar adalah produktivitas dari petani di sini sangat rendah sekali. Satu hektare cuma menghasilkan empat ton bahkan di bawah empat ton,” sambung dia.
Selain itu tambahnya, keluhan lainnya adalah saat tiba musim panen harganya murah karena ulah tengkulak. Sehingga, petani tidak dapat apa-apa karena produktivitasnya juga rendah lantaran ph tanahnya sangat rendah yaitu lima, yang standardnya adalah tujuh.
Di sisi lain, Ayep mendapatkan informasi dari Lurah Desa Watugajah, bahwa rata-rata petani di sini adalah bukan pemilik tanah.
“Artinya 50% ini dia menjadi buruh tani dan sewa tanah bukan dimiliki petani itu sendiri,” kata Ayep Zaki.
Untuk itu kata dia ABN NasDem hadir untuk menawarkan solusi dengan program konsistennya yaitu peningkatan produktivitas pertanian. Ayep Zaki yang juga salah satu tokoh penggerak ekosistem pertanian di Indonesia bersama dengan Gubernur ABN IGK Manila akan terus menggulirkan program ini secara terus-menerus dan berkesinambungan mengawal program budidaya pertanian tersebut agar sukses bersama petani.
Lebih jauh Ayep Zaki menilai kondisi petani di level paling bawah saat ini butuh perhatian dan dukungan dari seluruh pihak. Pasalnya banyak petani yang tidak punya tanah dan tidak mampu membeli pupuk hingga nutrisi yang baik. Belum lagi tidak memiliki koneksi untuk menjual hasil panen sehingga pendapatan rendah dan tidak mampu menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang yang lebih tinggi.
“Ini harus segera bekerja di sektor paling bawah dan kami akan keliling terus ke seluruh wilayah Indonesia untuk ketemu para petani yang sebenar-benarnya di lapangan,” kata dia.
Dalam kesempatan itu juga para petani diberikan buku NasDem dan juga dilakukan Perjanjian Kerjasama (PKS) antara penyedia bibit, pupuk dan nutrisi serta offtaker buah melon yaitu Doa Bangsa Agribisnis dengan Petani Melon di Pekalongan.
“Saya dan ABN NasDem hadir memberi solusi, tapi harus bekerja bersama-sama dengan regulasi dan keinginan yang sama, termasuk petaninya mau, stakeholder mendukung, regulasi mendukung offtaker mendukung,” pungkas Ayep Zaki.(*)