DEPOK (Independensi.com) – Ratusan relawan Dewan Kesehatan Rakyat DKR Kota Depok bersama orang tua murid mendatangi SMAN 14 Depok untuk menuntut agar siswa miskin mendapatkan sekolah.
Sampai hari ini Gubernur Ridwan Kamil mendiamkan nasib para siswa dari keluarga miskin yang ditolak bersekolah di Depok. Demikian Roy Pangharapan Ketua DKR Kota Depok kepada pers di Depok Kamis (4/8).
“Bagi keluarga mampu mereka bisa beli bangku sekolah agar anaknya bisa sekolah. Bagi yang tidak mampu tidak mungkin diam pasrah, tapi harus menagih janji Gubernur Ridwan Kamil bahwa semua anak di Jawa Barat pasti bersekolah,” jelasnya.
Sebelumnya dilaporkan pada hari Senin (1/8/2022) lalu DKR beserta para orang tua siswa miskin, sudah mendatangi sekolah namun pihak Kepala Sekolah SMAN 14 tidak ada ditempat.
“Sangat disayangkan, pihak kepala sekolah tidak ada ditempat, sepertinya menghindar,” keluh Roy Pangharapan.
Merasa dipermainkan oleh pihak SMAN 14, akhirnya DKR kembali menggelar unjuk rasa, untuk menuntut agar siswa miskin dapat sekolah.
Menurut DKR, pihaknya pada hari Senin (1/8/20022) sudah tembusan pemberitahuan aksi pada sejumlah pihak diantaranya, Kepala SMAN 14 Depok, Walikota dan Ketua DPRD kota Depok serta Kepala Cabang Wilayah 2 Dinas Pendidikan Provinsi Jawa barat.
“Mereka semua kami berikan tembusan pemberitahuan aksi, agar tahu dan segera mengambil langkah, namun sampai sekarang tidak ada respon apapun,” imbuh Roy Pangharapan.
Buat rakyat miskin menurut Roy Pangharapan, perjuangan semacam ini harus dilakukan untuk bisa mendapatkan hak pendidikan dari negara.
“Kalau diam, maka keluarga miskin akan mewarisi kemiskinan kepada generasi berikut karena tidak mendapatkan hak pendidikan. Sementara keluarga kaya akan mewarisi kekayaan dan kekuasaannya pada generasi berikutnya untuk menjalankan sistim yang lebih menindas lagi,” tegasnya.
Dalam Aksi hari ini, relawan DKR sempet bersitegang dengan aparat kepolisian Beji Aksi mereka dihalangi oleh sejumlah aparat kepolisian, dengan dalih mengganggu sekolah.
“Ya tadi semua menyaksikan bagaimana aksi kita langsung dihadang oleh sejumlah aparat, dengan dalih mengganggu ketertiban dan kenyamanan belajar. Padahal harusnya mereka bertindak adil dengan memfasilitasi kami dengan pihak sekolah,imbuh Roy Pangharapan.
Namun setelah difasilitasi oleh pihak aparat, ternyata pihak kepala SMA N 14 tidak ada ditempat, hanya ditemui oleh seorang guru dan staf humas .
“Kembali Kepala SMAN 14 menghindar, ini sangat aneh, bukannya memberi solusi, ujarnya.
Hujan yang sejak awal aksi tadi tidak menyurutkan langkah ratusan relawan DKR untuk terus menggelar aksi. (*)