JAKARTA (Independensi.com) – Pengguna sepeda motor besar atau biasa disebut moge (motor gede), selain memiliki gengsi dan meningkat status sosialnya juga sudah terstigma di masyarakat dengan arogansi dan pelanggar aturan di jalanan. Situasi ini terimbas pula bagi para pemilik moge pada umumnya yang sekedar memiliki dan mengendarainya, sehingga menjadi sulit untuk menghindar dari anggapan negatif dan pandangan mata sinis setiap orang.
Pehobi kendaraan roda dua yang juga Presiden Direktur JNE Mohamad Feriadi Soeprapto berupaya menepis anggapan tersebut. Bagi Feri, sapaan akrabnya, situasi ini sebagai bentuk refleksi dirinya untuk menyemai kebaikan di jalan. Dia menyebut, banyak hal baik lainnya yang bisa dilakukan di jalanan.
“Mengendarai motor itu seumpama memimpin perusahaan, ada kalanya kita mengegas dan kapan kita ngerem. Selain itu, kalau mencari surga itu bukan hanya di tempat ibadah saja, melainkan di jalan pun bisa kita jadikan ladang amal,” kata dia saat ditemui Independensi.com di kantor JNE beberapa waktu lalu.
Feri melanjutkan, hidup mesti berimbang antara bekerja dan hobi. Di mana, ada hal-hal yang mesti kita tekuni dan serius, tetapi ada waktu-waktu tertentu untuk jeda yang bisa dikenal quality time. “Hobi bersepeda motor yang saya senangi, masih saya nikmati untuk merefresh diri,” terangnya.
Untuk memenuhi hobinya, tidak jarang Feri mengajak rekan sekantornya untuk melakukan touring bersama. Teranyar dia akan melakukan perjalanan ke Bali pada akhir Januari mendatang. “Saya selalu percaya bahwa kesuksesan itu, tidak selalu karena faktor leader. Tapi faktor kebersamaan. Saya tidak percaya namanya Super Man gitu ya, tapi lebih percaya namanya Super Tim,” ungkap pemilik Harley Davidson Road Glide Ultra ini.
Lebih jauh Feri mengatakan, sebagai bikers digunakan untuk bergaul dengan teman-teman dari semua bagian perusahaan. “Kalau ada kesempatan untuk riding bareng, kenapa tidak. Jadi kembali lagi, walaupun hanya sekadar hobi, saya ingin hobi ini menjadi penunjang sarana saya untuk mempererat hubungan dengan karyawan di perusahaan,” sebut pengguna Yamaha X Max ini.
Dia menegaskan, seseorang yang memiliki dan mengendarai motor besar jangan diidentikan dengan kepribadian arogan. Sebab itu hanya sebagian kecil dibandingkan banyak orang lainnya yang memiliki kepribadian dan latar belakang baik. “Ya orang mungkin memiliki alasan sendiri gitu ya. Harley itu lifestyle, Harley itu lambang kesuksesan. Tapi menurut saya, motor itu adalah sebuah kendaraan yang memang mewakili kepribadian setiap orang. Motor itu besar, tapi sekali lagi, saya tidak ingin masyarakat menilai, bahwa motor besar itu identik dengan arogansi,” ungkap Feri.
Peraih empat Best 50 CEO Awards itu mengingatkan bagi seluruh pemotor, baik itu untuk perjalanan sehari-hari maupun pergi berombongan untuk melakukan ekspedisi untuk selalu menebar kebaikan selama di perjalanan. Hal tersebut bisa saja dengan menyisihkan rezeki di masjid/musala, panti asuhan, anak yatim atau orang-orang yang mengalami kesusahan di jalanan. Selain itu, dia menganjurkan bagi yang membawa Moge untuk selalu mentaati aturan di jalan raya.
“Saya ingin juga dalam kesempatan ini. Kita tidak pernah ingin mendapat perlakuan khusus. Kalau dari kepolisian, mereka mengingatkan bahwa kita duta untuk berkendara dengan baik. Karena kita menggunakan jalan dan infrastruktur yang sama,” tutup dia.