Pada disertasi yang diujikan secara terbuka, Bu Min sapaan akrab Wabup mengambil judul “Pengembangan Model Pembelajaran Amlaba Dalam Meningkatkan Kemandirian Dan Hasil Belajar Membaca Alquran Bagi Penyandang Disabilitas Tuna Rungu”.
Bu Min sebelumnya melakukan penelitian di UPT Resource Center Gresik, Jawa Timur, yang merupakan salah satu TPA yang mengajarkan membaca Alquran pada penyandang tuna rungu di wilayah setempat.
“Melalui penelitian itu, kami ingin agar anak-anak kita yang berkebutuhan khusus bisa membaca Alquran dengan baik dan lancar dengan menggunakan metode Amlaba. Sebab dengan metode itu, anak-anak kita bisa dengan mandiri belajar Alquran dan tujuan akhirnya adalah meningkatnya hasil pembelajaran Alquran bagi anak-anak. Ini penting karena pada dasarnya belajar adalah hak bagi semua orang,” urainya saat menyampaikan disertasinya di hadapan penguji, Selasa (15/5).
Menurut Bu Min, penelitian dimulai sejak bulan Februari 2022 lalu dan menghasilkan pengembangan model pembelajaran metode Amlaba yang berguna meningkatkan kemandirian membaca Alquran bagi penyandang tuna rungu.
“Hasil final dalam pengembangan model Amlaba dalam pembelajaran membaca Alquran anak tuna rungu yaitu dengan kategori ‘sangat efektif’ baik dari kualitas isi dan tujuan pembelajaran, kualitas instruksional, dan kualitas teknik model pembelajarannya. Mudah-mudahan ini bisa membantu para orang tua dan guru,” tuturnya.
Terpisah Bupati Gresik Fandi Ahmad Yani, mengapresiasi keberhasilan yang mampu diraih oleh wakilnya itu. Apalagi, dinyatakan lulus dengan IPK 3.97 atau dengan predikat sangat memuaskan
“Selamat dan sukses untuk ibu wakil bupati. Beliau menjadi keteladanan bagi kita semua, meskipun beliau wakil bupati tetapi beliau mampu menuntaskan pendidikan S3. Harapannya, hasil penelitian bu wabup ini bisa ditindaklanjuti bersama Peraturan Bupati terkait baca tulis Al-Qur’an sehingga dalam penerapannya bisa membantu pembelajaran bagi anak-anak kita,” ujarnya.
Lebih lanjut, Bupati juga mendorong jajarannya untuk mengikuti teladan Bu Min dalam mengupgrade ilmu. “Ini penting, sebab dari persentase jumlah penduduk, persentase mereka yang meraih gelar S2 dan S3 jumlahnya sangat kecil,” tandasnya. (Mor)