Independensi- Selama dua hari belakangan ini, Komisi IV DPR RI melakukan kunjungan kerja ke Food and Agriculture Organization (FAO) dan Kementerian Pertanian dan Kehutanan Italia yang berada di Kota Roma, Italia.
Anggota Komisi IV DPR RI Yohanis Fransiskus Lema (Ansy Lema) mengaku mendapat tiga poin penting tentang penanganan food waste yang dipetik dari hasil diskusi dengan pihak Kementerian Pertanian dan Kehutanan Italia.
“Yang pertama itu adalah pentingnya data yang diatur dalam undang-undang ini. Data yang valid, akurat, yang bisa mengetahui persis soal food waste ini,” ungkapnya.
Sementara poin kedua adalah perlunya penanaman kesadaran masyarakat tentang sampah-sampah dari makanan melalui edukasi. Dalam hal ini, menurut Ansy, kekayaan literasi menjadi sangat menentukan.
Adapun yang ketiga, sistem donasi kepada orang-orang yang membutuhkan agar makanan yang berlebihan tidak terbuang dapat mendukung suksesnya penanganan food waste.
“Yang ketiga adalah aspek donasi atau donation for the poor, ada affirmative policy yang diberikan,” kata Ansy.
Ansy menegaskan, pemilihan Kota Roma sebagai destinasi kunjungan kerja bukan tanpa alasan.
Pertama karena di sana letak markas FAO atau Organisasi Pangan Dunia. Dan kedua Pemerintah Italia mempunyai langkah yang lebih maju dalam penanganan sampah dari sisa makanan dibanding negara Eropa lainnya.
“Kita tahu bahwa Pemerintah Italia adalah negara pertama di Eropa yang melahirkan undang-undang mengenai food waste,” kata Ansy.
Saat kunjungan kerja ke markas FAO, Ansy Lema bahkan mencatat poin penting bahwa food waste sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan pertanian berkelanjutan.
“Kami mendapat poin penting bahwa food waste yang tidak terkendali bisa menimbulkan CO2 atau karbondioksida, dan ini tentu akan merugikan pertanian berkelanjutan kita,” jelas Ansy.
“Ketika kita bicara tentang pertanian berkelanjutan, maka aspek yang merusak lingkungan hidup, tanah dan alam, itu harus dikurangi,” tegasnya.