Kupang- Calon gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Yohanis Fransiskus Lema atau Ansy Lema mengatakan dirinya mengenal Nahdlatul Ulama (NU) sebagai komunitas yang punya komitmen kuat pada kebhinekaan dan keberagaman.
Ansy menilai NU juga punya komitmen menjaga Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Hal itu dikatakan Ansy ketika bersilaturahmi dengan Pengurus Cabang NU Manggarai Barat, baru-baru ini.
“Terus terang, saya menganggap NU ini adalah mitra. Mitra dalam pendidikan, mitra dalam pemberdayaan rakyat, mitra macam-macam. Dan saya tidak mungkin bisa melakukan itu sendiri. Jadi karena teman-teman NU melakukan itu, menurut saya, kita harus saling bergotong royong,” kata Ansy Lema di Kantor Cabang NU Manggarai Barat.
Ansy melanjutkan, hal itu senapas dengan spirit dirinya secara pribadi dan juga sebagai kader PDI Perjuangan. Dia menilai, NU adalah sebuah entitas masyarakat yang harus diajak untuk bersama membangun jembatan dialog dan komunikasi.
Ansy Lema mengaku semakin menemukan benang merah dengan NU ketika dikaitkan dengan komunitas gereja Katolik. Sebagai alumni Seminari Pius XII Kisol, yang konsep pendidikannya mirip pesantren, dia menyadari betul gereja katolik dan NU sama-sama punya komitmen pada pendidikan anak bangsa.
“Jadi gereja itu terbukti telah menjalankan fungsi edukasi, menjalankan fungsi pemberdayaan ekopnomi rakyat, dan gereja ini betul-betul inklusif, terbuka, menjalin komunikasi. Dan Ansy Lema ini adalah sosok yang memang melintas batas, cocok sama NU, cocok sama gereja Katolik,” katanya.
Maka dari itu, Ansy Lema menganggap penting silaturahminya ke Kantor Cabang NU Manggarai Barat ini, yang beralamat di Jalan Sakura Wae Mata, Labuan Bajo, Desa Gorontalo, Kecamatan Komodo, sebagai bagian mempertebal dukungan untuk maju di kontestasi Pilgub NTT 2024.
Ansy mengungkap bahkan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarno Putri pernah membela NU dan Muhammadiyah agar masuk nominasi Zayed Award for Human Fraternity (ZAHF) 2024.
Zayed Award didirikan pada tanggal 4 Februari 2019 sebagai kelanjutan dari pertemuan Imam Besar Al Azhar Ahmed Al Thayyeb dengan Paus Fransiskus di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, yang menghasilkan Deklarasi Abu Dhabi yang kemudian disebut dengan Dokumen Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Berdampingan. Zayed Award digelar untuk mengapresiasi individu dan entitas yang punya kontribusi besar terhadap kemajuan peradaban.
Terkait pembangungan, Ansy memberi contoh, salah satunya adalah pengembangan kawasan konservasi Taman Nasional Komodo yang menjadi ikon pariwisata Labuan Bajo.
Ansy Lema ingin pengembangan kawasan tersebut harus berbasis budaya, tidak mengesampingkan masyarakat lokal. Dia meyakini NU dan Gereja Katolik berkomitmen untuk itu. Apalagi pimpinan umat Katolik sedunia, Paus Fransiskus, pernah menekankan prinsip-prinsip teologi tentang tanggung jawab lingkungan yang harus dilakukan untuk mengatasi krisis ekologi.
“Paus bilang dosa ekologis kita sudah terlalu banyak, ini saatnya kita melakukan pertobatan ekologis untuk membangun sebuah kesalehan ekologis. NU juga punya komitmen cukup kuat untuk itu, banyak jamaah NU yang berada di sekitar Taman Nasional Komodo,” kata Ansy.
“Bicara Labuan Bajo, bicara NTT, bicara Manggarai Barat, ini khan satu kabupaten/kota yang sangat beragam, kota yang sangat plural, milik semua. Dan membangun NTT, membangun Manggarai Barat ini butuh sinergi dan gotong royong,” pungkasnya.