JAKARTA (Independensi.com) – Industri tekstil nasional tengah menghadapi tekanan berat akibat dampak perang Ukraina-Rusia, yang mengakibatkan pergeseran belanja masyarakat global dari produk tekstil ke kebutuhan energi.
Kondisi ini diperparah dengan lonjakan impor kain murah dari China, yang dinilai merugikan industri tekstil dalam negeri. Novita Hardini, anggota DPR RI Komisi VII, mengungkapkan keprihatinannya terhadap situasi ini, terutama terkait dampaknya bagi para pelaku UMKM di daerah, seperti pengrajin batik di Kabupaten Trenggalek.
Hal itu ia sampaikan pada rapat dengar pendapat komisi VII DPR RI bersama Badan Keahlian DPR RI dengan agenda masukan Badan Keahlian DPR RI terhadap RUU usul Prolegnas Jangka Menengah Tahun 2024-2025 dan RUU Prolegnas Prioritas 2025 di Senayan, Selasa (29/10).
“Mafia kain dari China perlu mendapatkan perhatian serius untuk melindungi industri lokal. Mahalnya harga kain memukul UMKM kita, terutama pengrajin batik di daerah khususnya di Kabupaten Trenggalek. Saat di eksekutif daerah, kami berencana membeli mesin pengolahan kain untuk menekan biaya produksi, namun terbentur keterbatasan APBD,” ujar Novita.
Legislator perempuan satu-satunya dari dapil 7 Jawa Timur itu juga meminta Badan Keahlian DPR untuk melakukan analisis mendalam terkait tantangan yang dihadapi UMKM di daerah. Ia berharap kajian ini dapat merumuskan solusi strategis guna mengatasi masalah ekonomi daerah yang sangat berdampak pada sektor UMKM.
“Saya berharap Badan Keahlian dapat menyusun analisis mendalam untuk mengidentifikasi kendala ekonomi daerah. Kami ingin mendukung penuh pengembangan UMKM, namun perlu didasari oleh kajian yang komprehensif dan hati-hati,” tambahnya. (*)