Minim Fasilitas Audio Engineer di Bali, Janu Janardhana Dorong Rekaman Gamelan Berkualitas

Loading

Gianyar (Independensi.com) – Fasilitas untuk audio engineer di Bali dinilai masih minim dibandingkan dengan Yogyakarta dan Jakarta. Hal ini menjadi perhatian Janu Janardhana, seorang komposer sekaligus sound engineer spesialis musik gamelan Bali, yang menjadi narasumber tentang “Rekaman Gamelan dan Produksi Suara untuk Pertunjukan Live” pada sesi ketiga Masterclass Mi-Reng: New Music for Gamelan, Selasa (8/4) di Ketewel, Gianyar – Bali.

Janu Janardhana adalah seorang komposer dan sound engineer dengan spesialisasi dalam musik gamelan Bali. Dengan pengalaman lebih dari 12 tahun dalam komposisi musik, ia telah menciptakan berbagai aransemen gamelan yang menggabungkan unsur tradisional dan eksperimental. Keahliannya dalam memahami karakter suara gamelan membawanya untuk mendalami bidang sound engineering sejak 2017. Sebagai sound engineer, Janu memiliki keahlian dalam proses rekaman, mixing, dan mastering, terutama untuk musik gamelan. Ia juga berpengalaman dalam produksi audio menggunakan perangkat lunak seperti Ableton Live.

Janu menyelesaikan pendidikan sarjana di Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar (2011–2015) dan melanjutkan studi magister di ISI Yogyakarta (2017–2021). Selain itu, ia memperdalam keterampilan teknisnya di Jogja Audio School pada tahun 2017. Dengan kombinasi pengetahuan akademik dan pengalaman praktis, Janu terus berinovasi dalam menciptakan dan mengolah musik gamelan secara profesional.

Sebagai musik yang kaya akan resonansi, harmoni heterofonik, dan spektrum akustik yang kompleks, gamelan menghadirkan tantangan unik dalam proses produksi audio. Diperlukan pemahaman dan upaya tersendiri dalam menangkap dan mereproduksi kompleksitas bunyi gamelan dalam format rekaman dan pertunjukan live.

Masterclass itu mengupas teknik dan pendekatan dalam rekaman gamelan, mixing, mastering, serta produksi suara untuk konser live, dengan mempertimbangkan elemen-elemen khas seperti pelarasan, dinamika ansambel, dan interaksi ruang akustik.

Dibahas pula tentang bagaimana teknologi rekaman dan tata suara dapat diadaptasi untuk menangkap esensi bunyi gamelan secara otentik, tanpa kehilangan karakter alaminya.

Selain itu, peserta akan diajak untuk memahami bagaimana teknik rekaman modern dapat membuka kemungkinan baru dalam eksplorasi gamelan dalam konteks musik kontemporer dan lintas media.

“Hal-hal fundamental dalam perekaman gamelan meliputi kelistrikan, alat rekaman, dan pengaplikasiannya. Edukasi masih minim, kebanyakan asal rekam lalu edit di komputer,” ujar Janu.

Perekaman musik gamelan memerlukan pendekatan teknis yang berbeda dibandingkan dengan perekaman musik lainnya. Hal ini disebabkan oleh karakteristik unik gamelan, seperti dinamika yang variatif, frekuensi kompleks, serta penggunaan instrumen akustik yang menghasilkan resonansi yang khas.

Oleh karena itu, teknik perekaman gamelan harus memperhatikan aspek-aspek teknis dan artistik agar hasilnya tetap autentik dan berkualitas.

Ia menjelaskan bahwa pengaturan akustik ruang sangat berpengaruh terhadap hasil rekaman gamelan. Reverb berlebihan atau ruangan yang terlalu kedap (deadspot) bisa mengurangi orisinalitas suara. Karena itu, ruangan perlu treatment akustik yang baik serta penempatan mikrofon yang strategis.

Keterbatasan ruang juga menjadi tantangan, mengingat jumlah instrumen gamelan yang banyak. Hal ini menyulitkan penempatan stand mic, memicu pantulan antar-instrumen, dan membatasi ruang gerak musisi. Solusinya adalah penerapan teknik close miking, isolasi antar kelompok instrumen, serta perencanaan layout yang matang.

Rekaman gamelan, baik indoor maupun outdoor, memiliki tantangan teknis yang unik. Solusi terbaik adalah pemilihan peralatan yang tepat dan pemahaman karakteristik akustik gamelan. “Rekaman yang baik harus mampu membawa pendengar merasakan pengalaman mendengarkan gamelan secara langsung, dengan roh musikalnya tetap terjaga,” tambahnya.

Sebagai musik dengan resonansi dan spektrum akustik kompleks, gamelan membutuhkan pendekatan teknis berbeda dibandingkan musik lain. Janu menggarisbawahi pentingnya sensitivitas engineer dalam menangkap “roh” gamelan melalui teknologi rekaman digital.

Selain teknis, kendala terbesar dalam produksi adalah pembiayaan, sebab diperlukan banyak peralatan untuk merekam jenis-jenis gamelan yang beragam.

Padahal, gamelan adalah warisan budaya takbenda dunia yang diakui UNESCO (15 Desember 2021). Merekam audio gamelan merupakan langkah strategis untuk pelestarian dan pendidikan. Rekaman bisa menjadi arsip budaya, bahan ajar, serta sumber data bagi akademisi untuk menganalisis struktur dan perkembangan gaya musik gamelan.

Dalam upaya melestarikan dan mempromosikan gamelan, merekam audio gamelan menjadi langkah stategis, baik untuk pelestarian budaya maupun pendidikan. Rekaman audio gamelan berfungsi sebagai arsip budaya yang dapat diakses
oleh generasi masa depan.

Seiring perkembangan zaman, banyak repertoar (komposisi gamelan) yang terancam punah karena minimnya transmisi pengetahuan dari maestro kepada generasi muda di beberapa tempat di Bali. Merekam audio gamelan berarti juga menyimpan repertoar gamelan agar tidak hilang ditelan waktu, sekaligus menjaga keaslian dan akurasinya.

Setiap daerah memiliki gaya permainan unik, seperti gaya kebyar Bali Utara dan Selatan, gender Kayumas Denpasar, atau gaya Tunjuk Tabanan. Rekaman membantu menjaga keaslian laras, teknik, dan dinamika yang khas.

Rekaman audio membantu mempertahankan orisinalitas teknik, laras (nada), dan dinamika permainan yang khas. Tanpa dokumentasi yang baik, interpretasi modern bisa mengaburkan keaslian gamelan tradisional.

Rekaman gamelan dapat digunakan sebagai bahan ajar di sekolah, sanggar, atau universitas. Siswa dapat mempelajari pola ritme, melodi, dan harmoni gamelan secara lebih mudah dengan mendengarkan rekaman berulang kali. Hal ini sangat membantu dalam pembelajaran, terutama bagi mereka yang tidak memiliki akses langsung ke ensambel gamelan yang lengkap.

Bagi akademisi dan peneliti, rekaman gamelan menjadi sumber data penting untuk menganalisis struktur musik, perkembangan gaya, dan pengaruh budaya. Audio gamelan juga dapat digunakan dalam rekonstruksi repertoar tradisional yang mungkin sudah jarang dipentaskan. Maka upaya merekam audio gamelan sesungguhnya bukan sekadar upaya dokumentasi, tetapi investasi besar bagi kelangsungan warisan budaya Indonesia.

“Dalam konteks pendidikan, rekaman menjadi jembatan antara tradisi dan modernisasi. Kita harus mendukung inisiatif perekaman agar gamelan tetap hidup, berkembang, dan mampu bersaing secara global,” jelasnya.

Sementara itu, Kurator Wayan Gde Yudane menegaskan bahwa Mi-Reng Festival membawa makna mendalam dari kata “Mi-Reng” yang berarti “mendengar dengan saksama” dalam bahasa Bali dan Jawa. “Reng itu sumber suara, getaran. Bunyi ada karena vibrasi. Elemen dasar itulah yang dibahas—baik pelarasan, microtonality, maupun perekaman,” ujarnya.

Masterclass ini diselenggarakan oleh Mi-Reng, didukung oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI dan LPDP melalui Program Pemanfaatan Hasil Kelola Dana Abadi Kebudayaan, serta bekerja sama dengan Bentara Budaya Bali.

Masterclass dilakukan secara langsung (tatap muka) di lokasi. Sesi akan melibatkan presentasi, diskusi, dan praktik langsung sesuai dengan tema masing-masing masterclass.

Pertama, Sistem Pelarasan dalam Gamelan dan Tantangan Kekinian akan menghadirkan Narasumber I Made Kartawan, Ph.D pada Hari Rabu, 2 April 2025.

Kedua, Eksplorasi Microtonality dalam Gamelan, Narasumber Septian Dwicahyo dan Putu Lia Veranika, Hari Sabtu, 5 April 2025.

Ketiga, Rekaman Gamelan dan Produksi Suara untuk Pertunjukan Live, Narasumber Janu Janardhana, Selasa, 8 April 2025.

Keempat, Musikalitas dan Puisi dan Kreasi Alihmedia, Narasumber Arif Bagus Prasetyo, Jumat, 11 April 2025.

Kelima, Melampaui Tradisi: Komposisi dan Penciptaan Baru, Narasumber Dewa Alit, Senin, 14 April 2025.

Sedangkan, Mahasiswa ISI Bali Ari Persada dari Jurusan Seni Musik yang berasal dari Medan mengaku menarik mengikuti acara tersebut.

Menurutnya, acara itu mampu menambah wawasan, terlebih materi yang disampaikan masih terbilang baru bagi sebagian peserta awam. Pengetahuan itu mampu memberikan bekal dalam merekam gamelan Bali. (hd)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *