Denpasar (Independensi.com) — Sarasehan (Loka Wacana) New Music for Gamelan (Mi-Reng) akan berlangsung di Museum Wiswakarma, Batubulan–Gianyar, selama dua hari, 9–10 Mei 2025. Kegiatan ini menjadi kelanjutan rangkaian program Mi-Reng yang sebelumnya telah menggelar Masterclass atau Loka Cipta, dan kini berfokus membuka ruang literasi dan diskursus mendalam seputar New Music for Gamelan.
Loka Wacana Mi-Reng digagas sebagai ruang dialog reflektif di mana tradisi dan inovasi bertemu dalam kreasi. Forum ini menggali bagaimana gamelan, sebagai warisan budaya yang kaya, dapat diolah dengan pendekatan baru tanpa kehilangan esensinya. Kebaruan diharapkan tumbuh berdampingan dengan kearifan akar budaya setempat.
Sarasehan akan mengeksplorasi bagaimana warisan tradisi disikapi secara kreatif untuk melahirkan karya-karya musik gamelan baru yang cemerlang, sembari menilik peran Mi-Reng dalam dinamika cipta New Music for Gamelan.
Dialog berupaya menelusuri peristiwa penciptaan musik gamelan lintas masa sebagai upaya membangun sinergi dan kolaborasi yang relevan kini dan mendatang, sekaligus membahas tantangan era digital sebagai peluang memperluas medan kreativitas para seniman. Tradisi dipandang bukan semata warisan yang dikonservasi, tetapi sebagai ladang eksplorasi untuk meraih stilistika dan estetika baru yang mampu berbicara pada ranah lokal maupun global.
Pada hari pertama, Jumat, 9 Mei 2025, diketengahkan topik ‘Festival, Kurasi, dan Kebijakan Seni Hari Ini’. Sebagai narasumber yaitu: Christopher J. Miller (dosen senior musik sekaligus pengarah ansambel gamelan di Cornell University), Prof. Dr. I Made Bandem, MA (pemikir kebudayaan Bali, penari mumpuni, dan cendekiawan dengan karya-karya penting tentang seni tari dan karawitan Bali), Gema Swaratyagita (komponis, performer, dan pendidik musik yang mengeksplorasi tubuh, bunyi, dan kata sebagai metode sekaligus konsep kekaryaan), dan Warih Wisatsana (penyair, esais, editor, dan kurator seni penerima berbagai penghargaan nasional dan internasional).
Adapun Sabtu, 10 Mei 2025, sarasehan mengangkat topik ‘Melampaui Tradisi: Kekinian dalam Kebaruan’. Sebagai narasumber yaitu: Wayan Sudirana (komposer dan etnomusikolog lulusan University of British Columbia, Kanada), Zachary Hejny (musisi dan komposer gamelan yang aktif di Bali sejak 2012), I Putu Arya Deva Suryanegara (musisi dan komposer yang mengintegrasikan sistem musik komputer dan eksperimen bunyi dalam gamelan Bali), dan Wayan Gde Yudane (komposer musik kontemporer dan eksperimental yang telah membangun reputasi internasional dengan karya-karya lintas genre dan medium).
“Mi-Reng mengeksplorasi musik baru yang diciptakan untuk gamelan, dengan fokus utama pada karya gamelan Bali. Dan juga ini mengeksplorasi kondisi sejarah dan motivasi manusia yang membuat
komposisi gamelan menjadi bagian khas dari kancah musik di Indonesia, dan mengeksplorasi berbagai karya yang diciptakan melalui serangkaian spektrum taksonomi,” ujar Wayan Gde Yudane, kurator Mi-Reng.
Mi-Reng: New Music for Gamelan adalah program eksplorasi musikal inovatif berbasis gamelan yang berpijak pada semangat mi-reng (bahasa Bali dan Jawa: “mendengar”) secara mendalam. Mi-Reng berupaya mewujudkan capaian estetika, stilistika, dan tematik yang mengeksplorasi gamelan lintas disiplin seni—menghadirkan sinergi antara Bunyi (Suara), Tari (Paraga), Puisi (Kata), dan Seni Visual (Rupa) dengan menonjolkan kekinian dan kebaruan. Sebuah perayaan kreativitas lintas batas.
Mi-Reng diniatkan sebagai sebuah upaya re-formasi, memberi format dan makna baru (re-interpretasi) terhadap gending-gending klasik maupun yang sudah ada, sekaligus menciptakan (re-kreatif) karya-karya baru. Fokus utamanya bukan sekadar konservasi, melainkan eksplorasi mendalam terhadap ragam komposisi musikal, melampaui kebakuan namun tetap merefleksikan nilai filosofis tertentu.
Upaya panjang menggali, menafsir ulang, dan menciptakan karya baru berbasis gamelan ini telah dimulai sejak 2011 melalui konser Triple 2: New Music for Gamelan—A Tribute to Wayan Sadra, yang digelar atas inisiatif komposer Wayan Gde Yudane, Dewa Alit, dan Warih Wisatsana (kurator Bentara Budaya Bali), bersama tim dukung Sahaja Sehati.
Program ini melibatkan kurator Wayan Gde Yudane dan Warih Wisatsana. Mi-Reng Festival diselenggarakan dengan dukungan Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) melalui Program Pemanfaatan Hasil Kelola Dana Abadi Kebudayaan. Kolaborasi juga terjalin dengan Bentara Budaya (untuk Masterclass) dan Museum Wiswakarma (untuk Sarasehan).
Di tengah perkembangan budaya masa kini yang dinamis, sarasehan ini hadir untuk menjembatani pemikiran segar tentang musik gamelan baru, baik di Bali maupun di kancah global. Ini merupakan langkah strategis untuk memperluas medan cipta seni gamelan sebagai bagian dari karya masterpiece seni kontemporer.
“Kami berharap Mi-Reng dapat menjadi ruang yang memungkinkan seniman lintas generasi berdialog, bertukar gagasan, dan mencipta bersama. Ini bagian dari upaya membangun keberlanjutan ekosistem seni gamelan,” kata Adi Sumarna, Pengampuh Karya Mi-Reng.
Sejalan dengan itu, sarasehan ini juga mengedepankan refleksi kritis mengenai peran festival seni hari ini yang dituntut hadir bukan hanya sebagai ruang perayaan atau pertunjukan, melainkan sebagai bagian ekosistem seni yang hidup dan berkelanjutan. Mi-Reng menggali strategi agar festival dapat menjadi wahana strategis bagi lahirnya karya masterpiece, sekaligus berdampak luas dalam menciptakan kehidupan sosial kultural yang sehat dan dinamis. (hd)