Kadis Pariwisata Badung : Jangan Kotori Tukad Mati Legian Dengan Sampah

Loading

Legian (Independensi.com) – Festival ‘I Love My River’ yang dikemas dengan tema CCE (Clean, Culture and Education) tidak hanya sukses menggugah kesadaran masyarakat akan begitu pentingnya menjaga kebersihan sungai namun diwarnai dengan atraksi budaya berupa tarian tradisional yang memukau terjalin dengan kreativitas ratusan siswa-siswi Yayasan Seni Indah Prima (SIP School) menggambar dan mewarnai imajinasinya mereka tentang lingkungan hidup.

“Doa bersama antar tokoh lintas agama menandai komitmen masyarakat yang majemuk ini untuk bersama-sama peduli terhadap keberadaan Sungai Tukad Mati Legian,” kata Dr Nyoman Sarjana, MIKom. selaku ketua Panitia Festival ‘I Love My River’ di Tukad Mati Legian, Jum’at (8/8/2025).

Yang menarik, Aksi bersih-bersih sungai Tukad Mati Legian juga yang diikuti ratusan masyarakat dengan imbalan hadiah untuk pengumpul sampah terbanyak dan disupport rencana pengembangan inisiasinya oleh kalangan pengusaha seperti 441 COFFEE dan ABIA Villa Legian.

Doa bersama antar umat beragama (FKUB Kuta) merupakan acara inti setelah dipagi hari diadakan bersih-bersih sungai maka sore harinya diadakan doa bersama. Artinya Tukad Mati Legian ketika pagi hari bersih secara fisik/sekala maka sore harinya bersih secara hati/niskala.

Festival ini juga menjadi momentum keseriusan pemerintah dalam hal ini Pemkab Badung dan pihak Bali Wilayah Sungai (BWS) Bali Penida dan membenahi, menata dan memelihara Sungai Tukad Mati Legian sehingga menjadi ‘wajah pariwisata’ Legian di masa depan.

“Kami memberikan apresiasi atas kreativitas masyarakat yang berkolaborasi dengan kalangan pengusaha yang begitu peduli terhadap kebersihan sungai, karena sesungguhnya sungai tidak boleh dijadikan tempat pembuangan sampah,” kata Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Badung I Nyoman Rudiarta, S.STP., MM.

Pihaknya malah menganjurkan, kedepan event Festival ini menjadi skala yang lebih besar agar gaungnya lebih terdengar, minimal ke tingkat kabupaten sehingga masuk dalam kalender tetap MICE.

Pihaknya bahkan mengaku beberapa waktu lalu pernah menebar ribuan ikan ke sungai yang bertujuan untuk merawat ekosistem biota sungai.

Bermula dari inisiasi CEO 441 Coffee Kyle Gemmil, warga Australia yang melihat tidak kunjung bersih meskipun telah dilakukan pembersihan secara berkala oleh LPM Legian. Namun tentunya diperlukan aksi kolaboratif yang intensif antara pemerintah dan masyarakat beserta stakeholder untuk merawat sungai Tukad Mati secara berkelanjutan.

441 Coffee dikenal sebagai sebuah korporasi yang mendonasikan sebagian keuntungannya untuk membantu penanganan penyakit Kanker. Maka kemudian digagaslah sesuatu aksi bersih-bersih sungai yang lebih nyata dan terpadu namun untuk di Tukad Mati Legian dipadukan dengan sentuhan budaya kearifan lokal serta menyasar ke dunia pendidikan serta mempercayakan penanganannya kepada Komang Krisna (Putra Nyoman Sarjana).

Anggota Dewan Badung, Wayan Puspa Negara bahkan mewanti-wanti agar Tukad Mati Legian harus menjadi Destinasi Pariwisata unggulan kawasan Legian.

Festival Tukad Mati tidaklah hanya sekedar seremonial bersih-bersih sungai namun menjadi momentum perekat yang menyatukan kreativitas budaya dan dunia pendidikan. (hd)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *