JAKARTA (Independensi.com) – Mantan Menkes RI, Siti Fadilah Supari mendesak pentingnya keberadaan sebuah lembaga medical intelijen di bawah TNI untuk menghadapi berbagai ancaman wabah penyakit menular yang berpotensi pandemi baru yang sudah mulai merebak seperti hepatitis di beberapa negara termasuk Indonesia.
“Kita jangan terlambat. Ini soal keselamatan rakyat dan sistim pertahanan nasional. Makanya lembaga medical intelijen sudah sangat dibutuhkan TNI,” tegasnya kepada pers di Jakarta, Kamis (12/5/2022).
Sampai saat ini menurutnya, polemik tentang asal usul kemunculan hepatitis akut di beberapa negara masih terus berlangsung.
“Kita musti ada penelitian sendiri, yang valid dan kredibel untuk memastikan apakah ini penyebaran baru ataukah bawaan dari vaksinasi Covid. Saatnya sistem pertahanan kita memiliki otoritas keilmuwan untuk meneliti dan memastikan asal usulnya. Agar kita menghadapinya secara tepat.
Pelajaran dari pandemi Covid sangat berharga, yaitu negara harus segera melengkapi sistim pertahanan dengan laboratorium yang kuat untuk menghadapi kemungkinan bioweapon dan biowarfare di masa depan.
Siti Fadilah kembali mengingatkan bahwa Bill Gates, sebagai figur penting dalam pandemi covid 19, telah berkali-kali mengingatkan kemungkinan adanya pandemi baru pasca covid yang mengancam keselamatan umat manusia.
“Peringatan Bill Gates tidak bisa dipandang enteng. Kita justru harus segera bersiap, tidak cukup dibidang kesehatan tapi juga secara militer. Saya yakin TNI dan intelejen kita mampu. Pak Jokowi jangan terlambat,” tegasnya.
Dengan adanya lembaga medical intelejen maka sejak awal penelitian berbagai penyakit yang muncul masyarakat dibawah kepemimpinan TNI, sebagai organisasi terkuat yang bertanggung jawab atas pertahanan negara dam keselamatan seluruh rakyat.
“Jadi semua terintegrasi dan terpimpin, jangan sendiri-sendiri lagi. Sehingga penanganannya sudah berbeda dengan saat menghadapi pandemi Covid 19,” tegasnya.
Siti Fadilah yakin para ahli penyakit menular Indonesia saat ini sedang sibuk meneliti asal usul dan bagaimana menghadapi kemungkinan wabah hepatitis.
“Para ahli dan peneliti dan dokter harus dipimpin oleh lembaga medical intelejen ini. Jangan tiba-tiba masyarakat justru diwajibkan vaksinasi lagi, tanpa penelitian yang valid dan hanya mengikuti maunya internasional,” ujarnya.