CIREBON (IndependensI.com) – Seorang Penulis khususnya dalam bidang Keamanan dan Teknologi mengungkapkan modus berbeda dalam kasus perdagangan manusia atau human trafficking.
Kasus human trafficking kerap terjadi kepada warga negara Indonesia yang hendak bekerja ke luar negeri.
Dalam zoom meeting yang digelar pada Sabtu (18/02/2022) lalu, Noèmie Kurta juga mengungkapkan, untuk menjerat korbannya para pelaku human trafficking memanfaatkan media sosial.
“Sebanyak 70 persennya media sosial digunakan pelaku human trafficking untuk menjerat korbannya secara halus,” kata Noèmie Kurta.
Disisi lain, teknologi juga bisa digunakan untuk melawan pelaku human trafficking.
“Dimana teknologi seperti media sosial pusat pelaporan hingga website bisa digunakan untuk melawan human trafficking,” imbuhnya.
Ia menjelaskan, melalui media sosial pelaku human trafficking menjerat korban secara halus seperti menjanjikan pekerjaan yang mudah di luar negeri, proses keberangkatan mudah hingga gaji yang tinggi.
“Janji-janji itu pada akhirnya tidak akan pernah terjadi. Itu hanya untuk merayu korban agar masuk dalam perangkap yang diciptakan pelaku,” terangnya.
Ia menyatakan, modus human trafficking tidak seperti dahulu yang terkesan menyeramkan dimana para korban dikumpulkan dalam satu tempat atau kamar lalu diperlakukan secara tidak pantas seperti dalam film-film.
“Anggapan kita selama ini salah, justru sekarang korban lebih bebas dia merasa tidak ada alam jerat apapun karena pelaku menggunakan media sosial sebagai sarananya. Sehingga, korban tidak merasa akan jatuh pada pelaku human trafficking,” tuturnya.
Pada kesempatan yang sama, Trigo Neo Starden warga negara Indonesia yang berkarya di Inggris berlatar belakang Pendidikan Bisnis Maritim dan Hukum, dia juga seorang seniman, jurnalis, dan pelestari alam mengatakan, bentuk human trafficking tidak hanya pekerja sex dan pelacuran semata, tapi pekerja di perkebunan pun bisa menjadi korban.
“Bentuk human trafficking sekarang ini tidak hanya pekerja sex dan pelacuran saja, seperti contoh di Inggris sekarang pekerja di perkebunan juga menjadi korban human trafficking dengan kerja paksa dan gaji yang tidak sesuai,” pungkasnya. ()