JAKARTA (IndependensI.com) – Bukan rahasia umum bahwa event format match play memang relatif jarang dipergunakan, baik dalam event yang dihelat untuk pegolf amatir maupun profesional. Yang lazim adalah format stroke play – seperti yang terjadi selama ini. Di setiap negara di seluruh dunia.
Dalam konteks Indonesia, komunitas golf amatir sangat mengenal event Credit Suisse Macth Play Championship yang digelar setiap tahun di Gunung Geulis Golf & Country Club, Bogor, Jawa Barat.
Karena event yang menggunakan format match play jarang dilaksanakan – baik pada level klub, pengkab/pengkot, pengprov maupun PB PGI – maka menjadi sangat wajar apabila event yang identik dengan Gunung Geulis Golf & Country Club itu selalu membludak pesertanya.
Dan, demi bisa berkompetisi di ajang event yang sangat prestisius tersebut, beberapa perkumpulan golf yang tersebar di kota-kota besar di seluruh Indonesia, melakukan seleksi internal. Pegolf yang lolos seleksi internal itulah yang akhirnya dikirim ke (mungkin) satu-satunya event berformat macth play yang ada di Indonesia yang hingga saat ini masih exist itu.
Pegolf amatir di tanah air yang pernah menjuarai annual event tersebut – kalau disebutkan satu persatu akan merupakan sebuah daftar yang panjang. Yang jelas, nama-nama seperti Benny Kasiadi, Harjito, Kurnia Herisiandy (Herry KL), Bobby Cahyo Adhitomo adalah beberapa nama pegolf amatir yang pernah menjuarai event tersebut. Mereka saat ini menjadi bagian dari keberadaan professional golfer yang mewarnai persaingan di ajang Indonesia Golf Tour (IGT).
Bahkan seorang pegolf amatir regular non atlet yang bernama Jimmy Masrin, pun pernah naik podium untuk menerima piala bergilir Credit Suisse Match Play Championship, setelah berhasil keluar sebagai juara – jauh sebelum pegolf amatir seperti Benny Kasiadi dan kawan-kawannya menjuarai event yang sangat bergengsi tersebut.
Yang menarik, setelah menjadi juara Credit Suisse Match Play Championship, Jimmy Masrin tetap menyandang status sebagai pegolf amatir. Namun dalam perjalanannya di kemudian hari, bukan hanya Benny Kasiadi dan kawan-kawan yang sangat respek dan menghargai keberadaannya.
Akan tetapi, seluruh pro yang bernaung di bawah asosiasi yang berada di setiap negara di kawasan Asia pun melakukan hal yang sama. Karena, Jimmy Masrin – pribadi yang sangat peduli dengan perkembangan dan sekaligus peningkatan prestasi para professional golfer di kawasan Asia – itu, saat ini menjabat sebagai Chairman of Asian Tour!
Sebagai orang nomor satu di percaturan golf professional di Asia, Jimmy Masrin sangat disegani, karena visi dia adalah mensejajarkan para professional golfer di kawasan ini dengan kompetitor mereka di kawasan Eropa dan Amerika.
Salah satunya adalah menambah volume pertandingan yang tidak hanya diikuti oleh professional golfer dari kawasan Asia tetapi juga diikuti oleh peserta dari Amerika dan Eropa yang di dalamnya juga ada professional golfer dari Afrika dan Amerika Latin – seperti yang terjadi pada event Ciputra Golfpreneur Championship 2017 Asian Development Tour (ADT) presented by Panasonic yang berakhir pekan lalu di Damai Indah – BSD Course, Tangerang, Banten.
Tidak sebatas pada level Asia saja. Jimmy Masrin pun memperhatikan professional golfer di kawasan Asean. Dan, sinergi antara IGT (Indonesia Golf Tour) dan PGM (Professional Golf of Malaysia) untuk kedua kalinya akan digelar pada 5-7 September 2017 di Riverside Golf Club, Cikeas, Bogor, Jawa Barat.
Saat event yang sama digelar tahun lalu di Malaysia, format pertandingannya menggunakan stroke play. Tahun ini event tersebut akan memakai format match play. Perubahan format tersebut dimaksudkan agar kejuaraan beregu antar dua negara serumpun tersebut menjadi lebih menarik dan dinamis.
Format match play ini, sebagaimana yang telah diketahui oleh para golfer di seluruh dunia, selalu digunakan dalam turnamen Ryder Cup – kejuaraan beregu dua tahunan yang mempertemukan tim Amerika Serikat dan Eropa.
Menurut Jimmy Masrin, format stroke play tidak menarik seperti match play yang dipergunakan di Ryder Cup, ketika hanya dua lawan yang berkompetisi satu sama lain. “Format match play mengusung lebih banyak exitement pada kompetisi di setiap pertandingannya dan juga membawa yang terbaik dalam semangat tim,” tegas Chairman of Asian Tour yang juga dikenal sebagai Ketua Indonesian Golf Tour (IGT).
Tahun lalu saat kejuaraan beregu antara dua negara serumpun ini digelar di Malaysia, tuan rumah keluar sebagai juara. Lalu, bagaimana peluang negeri jiran tahun ini? “Peluang selalu terbuka dan kami siap mempertahankan gelar yang kami rebut tahun lalu,” ujar Chairman Professional Golf of Malaysia (PGM), Tun Ahmad Sarji bin Abdul Hamid, kepada IndependensI.com.
Seperti tahun lalu, pada kejuaraan beregu antara dua negara serumpun tahun ini pun, dua negara akan menurunkan 12 pemain dalam satu tim. Delapan pemain merupakan pemain yang memiliki Order of Merit dari masing-masing tour, sementara empat pemain lainnya merupakan pilihan kaptem tim dari masing-masing negara.
Menjawab pertanyaan independensi.com, bagaimana peluang tim Indonesia tahun ini, Teddy Jubilant Arda – Kapten Tim Indonesia dalam kejuaraan beregu antara negara serumpun tersebut, yang sukses menghantarkan Tim Golf SEA Games Indonesia 2011, dengan meraih dua medali emas individu dan beregu putri dan dua medali perak individu dan beregu putra – menyatakan sangat optimistis bahwa tim rumah akan menjadi juara.
“Kalau targetnya bukan menjadi juara, mendingan tidur saja di rumah,” seloroh kapten tim yang memang senang “membungkus” masalah serius dengan candaan itu sambil tertawa.
Sementara, Adrian Halimi, salah seorang pro tuan, yang akan memperkuat tim golf Indonesia dalam duel melawan Malaysia, mengungkapkan bahwa dia bersama rekan-rekannya telah mempersiapkan diri baik mental, fisik maupun teknis. Salah satunya adalah lebih sering melakukan adaptasi atau test course venues di Riverside Golf Club.
“Momentum sebagai tuan rumah harus bisa kita manfaatkan seoptimal mungkin,” tegas Adrian mewakili rekan-rekannya.
Event IGT-PGM 2017, yang berformat match play, akan menggunakan tiga jenis pertandingan. Yakni, foursome, fourball, dan single.
Dan, sebagaimana yang diungkapkan oleh Eddy Putra, yang dalam event kali ini dipercaya sebagai Direktur Turnamen IGT-PGM 2017, dalam dua hari pertama ada empat pertandingan foursome dan empat pertandingan fourball.
Pada hari terakhir, kata Eddy Putra, yang tidak lain adalah salah seorang wasit dari Indonesia dalam turnamen major The Open Championship pada Juli lalu di Inggris, dijelaskan bahwa setiap pertandingan dimainkan sebanyak 18 hole dalam satu putaran dan pemenangnya akan meraih satu poin.
Jika dalam pertandingan skor keduanya imbang, masing-masing hanya meraih setengah poin, dan tim yang meraih 14,5 poin akan menjadi juara IGT-PGM Championship 2017.
“Tapi, jika kedua tim memiliki poin sama yakni 14 maka pemenang tahun sebelumnya akan mempertahan trofi,” tegas Eddy Putra yang juga representatif Asia Pacific Golf Confederation (APGC) di Komite Peraturan R&A 2016 – 2017.
Duel IGT-PGM 2017 yang merupakan dua negara serumpun di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) tidak hanya sebatas menjadi arena kompetisi antara Indonesia dan Malaysia, akan tetapi juga menjadi “persaingan” antara dua sponsor yang sama-sama mendukung masing-masing tim, yaitu Zurich salah satu perusahaan asuransi terkemuka di dunia. Dan, keterlibatan Zurich kali ini merupakan yang kedua kalinya dalam IGT-PGM Championship.
Event bergengsi yang mempertemukan 12 professional golfer dari Indonesia dan 12 professional golfer dari Malaysia tersebut akan memperebutkan total hadiah sebesar Rp 600 Juta. Tim yang menang dan tim yang kalah akan sama-sama mendapat hadiah. Masing-masing sebesar 65% untuk tim yang menang dan 35% untuk tim yang kalah. (Toto Prawoto)