JAKARTA (IndependensI.com) – Direktorat Jenderal Perhubungan Udara menutup akhir tahun dengan memaparkan capaian tahun 2018 dan outlook 2019, persiapan menghadapi Nataru dan rencana peresmian bandara baru dan terminal baru di Sulawesi melalui konferensi pers.
Bertempat di Ruang Mulawarman, Gedung Karsa, Kementerian Perhubungan, acara dipimpin langsung oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara Polana B. Pramesti. Hadir pula Sesditjen Perhubungan Udara Nur Isnin Istiartono, Direktur Bandara M. Pramintohadi Sukarno, Direktur Navigasi Penerbangan Elfi Amir dan Direktur Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara Capt. Avirianto serta para pejabat lainnya.
Capaian 2018 dan Outlook 2019
Pada tahun 2018 Direktorat Jenderal Perhubungan Udara telah membangun 3 bandara baru yaitu Bandara Kertajati, Bandara Samarinda Baru dan Bandara Tebelian. Total bandara yang telah dibangun selama periode 2015-2018 adalah sebanyak 10 bandara dari total target pembangunan bandara sampai akhir tahun 2019 sebanyak 15 bandara. Tahun 2019, 5 bandara lainnya yaitu Bandara Siau, Bandara Tambelan, Bandara Muara Teweh, Bandara Buntukunik, dan Bandara Pantar akan selesai pula.
Pada tahun 2018 Direktorat Jenderal Perhubungan Udara juga telah melakukan revitalisasi bandara di perbatasan sebanyak 24 bandara, revitalisasi bandara di daerah rawan bencana sebanyak 59 bandara, revitalisasi bandara di daerah terisolasi sebanyak 48 bandara, dan rehabilitasi runway sebanyak 39 bandara. Pembangunan dan rehabilitasi terminal di 15 lokasi bandara dan meningkatkan total kapasitas di bandara-bandara tersebut menjadi 36 juta penumpang per tahun.
Dalam rangka mengurangi beban dan ketergantungan terhadap APBN, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub memulai kerja sama alternatif pembiayaan dengan skema sebagai berikut:
Melalui Kerja Sama Pemanfaatan (KSP), yaitu Bandara Sentani Jayapura, Bandara Fatmawati Bengkulu, Bandara RadinInten II Lampung dan Bandara Hanandjoeddin TanjungPandan; Melalui Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU), yaitu Bandara Bali Utara, Bandara Komodo Labuan Bajo, Bandara Singkawang Baru dan Bandara Juwata Tarakan; Melalui Penyertaan Modal Negara (PMN), yaitu Bandara Banyuwangi, Bandara Wirasaba dan Bandara Jember.
Konektivitas pada daerah yang sulit dijangkaupun menjadi salah satu program yang diamanatkan pada Ditjen Hubud, sehingga diharapkan penumpang dan barang dapat menjangkau seluruh wilayah nusantara.
“Pada tahun 2018, terdapat 22 korwil jaringan rute perintis dengan rute perintis penumpang sebanyak 214 rute, rute kargo sebanyak 39 rute dan rute subsidi kargo sebanyak 2 rute”, jelas Polana.
Program prioritas Ditjen Hubud pada tahun 2019, yaitu: Pelayanan Angkutan Udara Perintis dan Jembatan Udara meliputi Penyelenggaraan Angkutan Udara Perintis Penumpang sebanyak 190 rute, Penyelenggaraan Angkutan BBM Angkutan Udara Perintis Penumpang sebanyak 8606 drum, Penyelenggaraan Angkutan Perintis Kargo sebanyak 39 rute, Penyelenggaraan Angkutan BBM untuk Perintis Kargo sebanyak 2.005 drum dan Penyelenggaraan Subsidi Operasi Angkutan Udara Kargo sebanyak 2 rute.
“Di tahun 2019 kami akan melaksanakan pembangunan dan pengembangan bandara prioritas nasional di 42 lokasi, hal ini kami lakukan untuk membuka daerah yang sulit jangkau dan masyarakat dapat lebih mudah lagi dalam mendapatkan kebutuhannya dengan distribusi melaui bandara baru nantinya”, ujar Polana.
Angkutan Udara Natal dan Tahun Baru 2019
Pos Koordinasi (Posko)angkutan udara Nataru 2019 dimulai pada tanggal 20 Desember 2018 sampai 6 Januari 2019, dan akan dilakukan pemantauan untuk penerbangan domestik di 36 bandara domestik dan penerbangan internasional di 7 bandara. Pada periode Nataru 2018-2019 penumpang dalam negeri diprediksi akan naik sebesar 9.12%, penumpang luar negeri naik sebesar 6.45% dan total keseluruhan penumpang naik 8.76% dari tahun sebelumnya.
“Guna mengantisipasi lonjakan penumpang, sampai dengan tanggal 20 Desember 2018 Kemenhub sudah menerbitkan 513 flight approval (FA) untuk penerbangan tambahan domestik dan 129 FA penerbangan internasional selama masa angkutan Nataru 2018/2019. Adapun jumlah kursi tambahan sebanyak 72.971 kursi tambahan domestik dan 35.809 kursi tambahan internasional”, jelas Polana.
Selama nataru 2018-2019 total armada yang beroperasi sebanyak 544 pesawat yang dioperasikan oleh 13 badan usaha angkutan udara.
“Kebijakan yang kami ambil untuk Nataru adalah dengan memprioritaskan keselamatan & keamanan penerbangan, penambahan kapasitas angkutan udara selama periode angkutan Nataru serta peningkatan pelayanan bagi pengguna jasa bandara”, ungkap Polana.
Startegi pun diterapkan oleh Ditjen Hubud untuk menghadapi Nataru, melalui beberapa cara, di antaranya:
- Ramp Inspection terhadap seluruh armada, personil, sarana dan prasarana serta prosedur.
- Pengawasan Tarif Batas Atas dan Tarif Batas Bawah sesuai PM 14 Tahun 2016.
- Kemudahan dalam penerbitan persetujuan terbang dalam kondisi Kahar.
- Penambahan jam operasi bandar udara sesuai kebutuhan.
- Penggunaan pesawat dengan tipe yang lebih besar untuk penerbangan regular dan extra.
- Penghentian sementara terkait pekerjaan overlay dan sisi udara.
- Optimalisasi penggunaan Slot Time (terutama pada malam hari dan memastikan airlines tidak keep slot).