JAKARTA (Independensi.com) – Sistem Informasi Belajar Intensif Mandiri atau SIBIMA yang merupakan inovasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jenderal Bina Konstruksi, kembali masuk dalam TOP 99 Inovasi Pelayanan Publik dalam Kompetensi Sistem Informasi Inovasi Pelayanan Publik (SINOVIK) Kategori Pertumbuhan Ekonomi dan Kesempatan Kerja Tahun 2019 yang diselenggarakan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemen PANRB). Sebelumnya pada tahun 2017, SIBIMA juga masuk dalam TOP 99 SINOVIK dalam kategori pemanfaatan informasi teknologi.
Selanjutnya SIBIMA yang merupakan sistem pelatihan jarak jauh / distance learning keahlian bidang konstruksi sedang mengikuti tahapan penilaian untuk masuk dalam TOP 45 Inovasi Pelayanan Publik. Tahapan selanjutnya yakni Presentasi aplikasi SIBIMA untuk pelayanan publik yang rencananya akan dilakukan pada tanggal 2-17 Juli 2019.
“Melalui pelatihan Distance Learning ahli muda K3, diharapkan para mahasiswa memiliki kompetensi K3 dan dapat mempercepat pemenuhan kebutuhan Tenaga Ahli K3 pada pekerjaan konstruksi”, ujar Direktur Jenderal Bina Konstruksi, Syarif Burhanuddin.
Kepala Balai Penerapan Teknologi Konstruksi Cakra Nagara menjelaskan terdapat perkembangan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan kondisi SIBIMA yang juga masuk menjadi Top 99 SINOVIK pada tahun 2017. Perbedaan paling signifikannya menurut Cakra adalah dalam pengembangan manfaat yang didapat oleh pengguna SIBIMA, yang saat ini namanya bertambah menjadi SIBIMA-Konstruksi-SIGAP (Siap Gapai Pekerjaan).
“Inovasinya adalah di kesempatan kerja. Jadi kalau yang pertama itu bagaimana menggunakan Teknologi Informasi untuk melakukan capacity building para tenaga kerja di seluruh Indonesia. Saat ini yang menjadi unggulan bagaimana menyiapkan calon dan tenaga kerja konstruksi untuk benar-benar siap masuk ke dalam industri jasa konstruksi,” ujar Cakra.
Menurutnya kesiapan yang diberikan oleh SIBIMA yakni siap dalam pengetahuan dan siap dalam konteks administratif yakni menfasilitasi masyarakat jasa konstruksi mendapatkan kemudahan dalam mengikuti uji kompetensi. “Pertama, SIBIMA menyiapkan para calon lulusan sarjana teknik untuk menggunakan SIBIMA belajar mandiri, sehingga pengetahuannya di bangku kuliah bisa mendekati aplikasi di lapangan. Bagi yang lulus SIBIMA Konstruksi akan mendapatkan sertifikat pelatihan dimana sertifikat itu berguna untuk SKPI Surat Keterangan Pendamping Ijazah,” kata Cakra.
Selanjutnya menurut Cakra, dengan memanfaatkan SIBIMA, para lulusan teknis dapat mengkonversikan hasil pelatihannya lewat sertifikat yang didapat setara dengan bukti pengalaman kerja selama satu tahun. “Selanjutnya kalau sudah dapat sertifikat kompetensi, kalau mau perpanjangan setiap 3 tahun sekali, dia sudah mendapatkan 25 poin SKPK (Satuan Kredit Pengembangan Keprofesian) dari penggunaan SIBIMA. Poin itu bagian persyaratan perpanjangan sertifikat dimana biasanya harus mengumpulkan 120 poin dalam 3 tahun,” jelasnya.
Terakhir menurut Cakra, saat ini SIBIMA sudah digunakan sebagai bentuk kolaborasi dengan BUMN, untuk satu perangkat perekrutan pegawai. “Terakhir kerjasama dengan kontraktor PT. Brantas Abipraya dan konsultan PT. Virama Karya,” ujarnya.
Prorotipe SIBIMA sudah dimulai sejak 2014 dimana konsep berlajar jarak jauh (e-learning) mulai diperkenalkan kepada masyarakat jasa konstruksi. Sistem ini dimulai dari pembuatan mailing list dan group facebook untuk memudahkan dalam mengkoordinir peserta pada saat berkonsultasi mengenai bahan ajar. Pada tahap ini ujian masih dilakukan dengan tatap muka serta sertifikat pelatihan dibuat secara konvensional.
Pada 2015 Kementerian PUPR melakukan uji coba full layanan pelatihan jarak jauh/distance learning (DL) bidang konstruksi bagi masyarakat jasa konstruksi dengan alamat website pjjak.net. Pada 5 November 2016 sistem ini disempurnakan, diberi nama SIBIMA KONSTRUKSI (Sistem Informasi Belajar Intensif Mandiri Bidang Konstruksi) dan kini dapat diakses di www.sibima.pu.go.id.
Sampai saat ini SIBIMA turut memberikan perubahan dalam dunia konstruksi di Indonesia, hal ini dapat dapat dilihat dari tingginya animo masyarakat pengguna pada periode 2015 yakni sebanyak 1.789 orang, tahun 2016 sebanyak 1.907 orang, tahun 2017 sebanyak 14.214 orang, dan tahun 2018 sebanyak 20.137 orang.