Di tengah derasnya informasi digital yang serba instan, puisi esai justru menawarkan ruang reflektif sebuah napas panjang untuk memahami luka sejarah yang kerap dibungkam.
JAKARTA (Independensi.com) – Panasnya perang Israel–Iran. Gempuran udara Amerika Serikat ke wilayah Iran. Luka kemanusiaan yang terus menganga di Jalur
jarang ditemukan figur yang menyatukan filsafat, politik, seni, statistik, dan spiritualitas dengan konsistensi, kejernihan, dan produktivitas seperti Denny JA.
Penulis adalah penjaga kata, dan kata adalah senjata sunyi revolusi manusia. Di era digital yang cepat dan dangkal, penghargaan seperti ini adalah oksigen bagi karya tulis yang mendalam.
Kami percaya bahwa dengan memperkenalkan spiritualitas universal ke dalam kurikulum kampus, kita dapat menumbuhkan generasi yang bukan hanya pintar secara akademik, tetapi juga bijaksana secara emosional dan spiritual.
Puisi Esai bukan sekadar karya sastra. Ia adalah cermin reflektif yang mengajak pembaca untuk merenung dan merasakan denyut kehidupan yang sering terabaikan.
AI mengubah posisi otoritas agama, tetapi tidak menggantikan pengalaman spiritual. Agama akan bertahan, beradaptasi, dan menemukan cara baru untuk memberikan makna bagi kehidupan manusia.