JAKARTA (IndependensI.com) – Mantan ibu negara Meksiko, Margarita Zavala, akan maju sebagai calon independen untuk pemilihan presiden tahun depan.
Zavala adalah istri Felipe Calderon yang memerintah Meksiko pada 2006-2012. Popularitasya sebagai politikus konservatif dan anggota dewan legislatif dari Partai Aksi Nasional (PAN) membuatnya berani maju.
Namun perempuan berusia 50 tahun itu tidak puas dengan kepemimpinan partainya. PAN memutuskan ketuanya, Ricardo Anaya, mencalonkan diri. Zavala pun memilih tampil sebagai calon independen.
“Sebenarnya saya ingin maju atas nama PAN. Saya sudah melakukan segalanya yang mungkin saya lakukan untuk mewujudkannya,” kata Zavala dalam video yang diunggahnya ke internet, Jumat (6/10/2017).
Sayangnya ketika dia mendesak dilakukannya proses seleksi kandidat sacara transparan, para petinggi partai menolak. Padahal jajak pendapat memperlihatkan Zavala jauh lebih populer ketimbang Anaya yang baru berusia 38 tahun.
Zavala bahkan menempati urutan kedua bakal calon presiden Meksiko. Posisi pertama masih ditempati politikus radikal kiri, Andres Manuel Lopez Obrador.
Baru kali ini calon independen diperbolehkan mengikuti pilpres Meksiko. Tampilnya Zavala kemungkinan mengubah komposisi pemilih.
Masih sulit diperkirakan siapa yang akan diuntungkan oleh keputusan Zavala ini, Lopez Obrador atau Partai Revolusi Institusi (PRI) yang tengah berkuasa. Dalam jajak pendapat terakhir, popularitas Presiden Enrique Pena Nieto, yang berasal dari PRI, hanya 16 persen.
Nieto dan partainya dihantam serangkaian skandal korupsi dan tingginya angka kriminalitas. Kondisi ini membuka peluang oposisi untuk memenangi Pilpres 2018.
Anaya mengatakan keputusan Zavala keliru dan hanya akan menguntungkan PRI.
Pengamat melihat Lopez Obrador yang dapat keuntungan. Pengunduran diri Zavala akan “mengurangi daya saing PAN karena suara pendukungnya terpecah” dan menjadikan Lopez Obrador “tokoh oposisi utama,” kata lembaga konsultasi Eurasia Group.
PRI selama ini menjadi partai politik terbesar di Meksiko meski tidak punya ideologi yang jelas. PRI mendominasi pemerintahan Meksiko sejak 1929, kecuali pada dua periode kepemimpinan PAN pada 2000-2012.
Sebagian besar orang Meksiko kini ingin memberi kepercayaan kepada Lopez Obrador. Namun lawan-lawan politiknya mengatakan mantan wali kota Mexico City itu akan menyeret Meksiko ke krisis yang sama seperti yang terjadi di Venezuela yang dipimpin tokoh sosialis.