JAKARTA (IndependensI.com) – Di negara miskin, obat penghilang rasa sakit sulit didapat dan harganya mahal. Di negara kaya, obat yang sama banyak disalahgunakan karena harganya yang murah.
Setiap tahun sekitar 25 juta orang meninggal kesakitan karena tidak mendapatkan morfin. Dari jumlah itu, sekitar sepersepuluhnya adalah anak-anak.
Data tersebut tersaji dalam penelitian yang dipublikasikan jurnal kesehatan The Lancet. Penelitian ini juga menyebutkan bahwa jumlah di atas hampir separuh dari total kematian di seluruh dunia setiap tahun.
Para peneliti mengingatkan bakal terjadinya “krisis nyeri global” jika obat anti penghilang rasa sakit ini tidak terdistribusi secara merata.
Sebagian besar orang yang tidak menggunakan obat ini tinggal di negara-negara berpenghasilan menengah ke bawah. Mereka menyerap kurang dari empat persen dari 299 ton morfin oral yang diedarkan di seluruh dunia.
Di sisi lain, penyalahgunaan obat yang terbuat dari opium ini banyak terjadi di beberapa negara kaya seperti Amerika Serikat.
“Ibarat pedang bermata dua, penduduk negara miskin sulit mendapatkannya tapi di negara kaya opioid ini disalahgunakan,” kata salah satu penulis penelitian ini, Julio Frenk, dari Universitas Miami, Jumat (13/10/2017).
Yang dimaksud opioid antara lain codeine dan morfin untuk penghilang rasa sakit, juga heroin.
Di negara miskin, morfin sulit didapatkan dan harganya mahal yaitu sekitar US$16 per 10 miligram. Bandingkan dengan harga jualnya di negara kaya yang hanya tiga sen untuk berat yang sama.
“Kami memperkirakan bahwa biaya untuk menutupi kebutuhan global sekitar 48,5 ton opioid setara morfin adalah sekitar US$145 juta (122 juta euro) per tahun jika semua negara mendapatkan akses membelinya dengan harga yang sama seperti di negara kaya,” kata tim peneliti.
Angka itu hanya hanya sebagian kecil biaya menjalankan rumah sakit berukuran sedang di Amerika dan lebih kecil lagi jika dibandingkan dengan biaya pemberantasan penyalahgunaan narkotika yang mencapai US$100 miliar per tahun, kata kolega Frenk, Felicia Knaul.
Jutaan Anak Menderita Nyeri Berat
“Yang paling disayangkan, anak-anak di negara berpenghasilan rendah menderita nyeri berat. Padahal hal itu bisa diatasi dengan dana US$1 juta per tahun,” kata Knaul.
Biaya bukan satu-satunya masalah. “Sistem pelayanan kesehatan yang buruk di negara miskin adalah alasan utama pasien menerima perawatan paliatif,” kata Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim.
“Lebih dari 90 persen anak-anak itu meninggal karena penyebab yang sebenarnya bisa dihindari.”
Laporan yang dimuat di The Lancet ini menggabungkan analisa para ahli tentang kebutuhan perawatan paliatif untuk 20 penyakit seperti HIV, kanker, penyakit jantung, TBC, demam berdarah, kelahiran prematur, demensia, dan luka-luka.
Dari 172 negara yang diteliti, 25 di antaranya sama sekali tidak ada morfin. Sementara 15 negara hanya bisa memenuhi kurang dari satu persen kebutuhan obat penghilang rasa sakit. Sebanyak 100 negara bisa memenuhi kebutuhan baku untuk kurang dari sepertiga pasien.
“Krisis nyeri global ini sebenarnya bisa diatasi dengan cepat dan efektif. Kita sudah punya sarana dan pengetahuan untuk melakukannya. Biaya yang dibutuhkan juga minimal,” kata Knaul.
“Berpaling dari hal ini adalah keruntuhan moral, terutama untuk anak-anak dan pasien yang hidupnya hampir berakhir,” ujarnya.
Penelitian ini juga menemukan bahwa pada 2015 sekitar 35 juta orang sakit yang tidak meninggal juga tidak bisa mendapatkan morfin untuk mengurangi rasa sakitnya.