JAKARTA (Independensi.com) – Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan), Spudnik Sujono, berharap cara budidaya cabai dan bawang merah oleh Asosiasi Petani Hortikultura Purbalingga (APHP) Bangkit Lestari ditiru.
Hal itu karena bisa menjaga kualitas dan produktivitas kala musim hujan, akibat penyakit pantek.
“Purbalingga melalui petani sudah memberikan inisiatif. Jadi, semacam pemikiran yang sangat baik, sederhana, yaitu rain shelter. Kalau saya bilang sungkup plastik,” ujarnya di sela “Temu Petani” di Desa Pekucen, Kecamatan Bobotsari, Purbalingga, Jawa Tengah, Rabu (15/11/2017) dalam keterangan persnya diterima Independensi.com, Kamis (16/11/2107).
Keunggulan inovasi sederhana yang dipraktikkan APHP Bangkit Lestari, pun jauh lebih murah dibanding yang pernah dikembangkan Direktorat Jenderal (Ditjen) Hortikultura Kementan. “Ini hanya plastik biasa, tali lentur untuk menjaga, agar plastik tidak gampang robek,” jelasnya.
Melalui penerapan inovasi tersebut, Spudnik berkeyakinan, ke depannya swasembada berkelanjutan cabai dan bawang merah teralisasi. Alhasil, harga jualnya stabil. Sebab, petani umumnya menghindari tanam dua komoditas bumbu dapur itu saat musim hujan pada Oktober-Maret (Okmar).
Di sisi lain, mantan Sekretaris Ditjen Tanaman Pangan Kementan ini berjanji bakal meningkatkan bantuan kepada petani Purbalingga. “(Pemerintah) pusat sudah bantu 100 hektare. Saya kalau sudah lihat begini, Pak Direktur, ditambah lagi. Tapi, saya dengar sudah ditambah 125 hektare. Tapi, masih kurang. Nanti kita carikan lagi,” janjinya. Dia juga berjanji memberikan berbagai alat pascapanen.
Spudnik pun meminta petani Purbalingga untuk mencoba tanam organik dan mengurangi penggunaan pestisida. Alasannya, lebih sehat, berkualitas, dan menekan ongkos produksi. Penggunaan pupuk juga jangan berlebihan serta mengontrol pH tanah. “Artinya, asupan makanan tanaman dan manusia enggak beda jauh, harus diperhatikan kandungannya,” jelasnya.
Guna meningkatkan pengetahuan petani akan organisme pengganggu tanaman (OPT) dan penyakit lain, Spudnik bakal mengundang perwakilan Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan Malang, Kurniawan, ke Purbalingga. Sebab, mengetahui cara mencegah tanaman kena virus kuning.
Pada kesempatan sama, Bupati Purbalingga, Tasdi, menyampaikan terima kasih kepada Ditjen Hortikultura Kementan atas perhatiannya kepada petani di wilayahnya. Terlebih, sebagian besar cara tanam petani masih konvensional.
“Sehingga, produksi dan produktivitas belum optimal. Sehingga, butuh bantuan,” ujarnya diwakili Asisten Setda Bidang Ekonomi dan Pembangunan, Purbalingga Sigit Subroto.
Dia menambahkan, Purbalingga menyatakan siap menjadi lumbung hortikultura, lantaran daerahnya, baik dataran rendah dan tinggi, cocok untuk ditanami berbagai sayur dan buah-buahan. Bahkan, memiliki Stasiun Terminal Agrobisnis (STA), di mana mengirim produksi sayur-sayurannya di dikirim sampai Jakarta dan Bandung.
Malah, ungkap Sigit, Purbalingga menargetkan menjadi sentra produksi bawang merah baru di Jawa Tengah setelah Brebes. “Dan siap jika Ditjen Hortikultura gelontorkan bantuan,” tambahnya.
Sementara itu, salah seorang petani unggulan Purbalingga, Bambang Wuryono, juga menyampaikan terima kasih kepada Pemkab Purbalingga dan Ditjen Hortikultura Kementan atas bantuan kerja samanya. Diharapkan sinergi ke depan dapat lebih baik guna meningkatkan kesejahteraan petani hortikultura.
Ketua APHP Bangkit Lestari ini pun menegaskan komitmennya untuk selalu tanam cabai kala musim hujan, khsususnya Agustus. Apalagi, harga jual di tingkat petani selalu bagus sejak enam tahun terakhir. Sebab, cuma produk asal Purbalingga yang paling bagus. “Rata-rata busuk dan kena patek. Jadi, kalau bagus, dari petani Purbalingga,” ungkapnya.
Pada kegiatan tersebut, Spudnik didampingi Direktur Perbenihan Sri Wijayanti Yusuf, Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Prihasto Setyanto, Kasubdit Aneka Cabai dan Sayuran Buah Agung Sunusi. Dia juga sempat panen cabai dana bawang merah di lahan seluas dua hektare.