JAKARTA (IndependensI.com) – Kemajuan teknologi satu negara bukan jaminan kemajuan cara berpikir warganya. Contohnya adalah India.
Negeri itu menguasai teknologi antariksa. India juga terkenal dengan banyaknya pakar di bidang teknologi informasi. Uniknya, banyak orang India yang masih buang air besar (BAB) sembarangan.
Berdasarkan data UNICEF, sekitar 600 orang penduduk India atau kira-kira separuh populasi negeri itu, tidak biasa BAB di toilet. Sekitar 70 persen rumah di India tidak punya kakus. Padahal, sekitar 90 persen penduduknya punya akses ke telepon seluler.
Para ahli berpendapat bahwa BAB sembarangan adalah kebiasaan lama orang India yang sebagian masih hidup di bawah garis kemiskinan. Banyak juga orang India yang menganggap bahwa jamban di dalam rumah membuat rumahnya tidak bersih. Tidak heran jika mereka lebih memilih “nongkrong” di tempat terbuka.
Tiga tahun lalu, Perdana Menteri Narendra Modi meluncurkan kampanye besar-besaran untuk meningkatkan pola hidup bersih. Dia menargetkan seluruh orang India punya akses ke kakus pada 2019.
Sejauh ini pemerintah sudah membantu membangun lebih dari 50 juta kakus di berbagai pelosok negari berpenduduk 1,3 miliar jiwa itu.
Cara lain untuk menggugah orang India BAB di kakus adalah dengan mendirikan Sulabh International Museum of Toilets. Museum yang terletak di New Delhi ini memiliki koleksi berbagai macam kakus dari seluruh dunia, dari masa ke masa.
Mulai dari takhta kakus yang pernah digunakan Raja Louis XIV dari Prancis, hingga kakus milenial yang mampu mengubah kotoran manusia menjadi abu dalam hitungan detik.
Pengelola museum lebih berharap lebih banyak orang datang pada peringatan Hari Kakus Dunia PBB, Minggu (19/11/2017).
“Museum ini memang agak tidak biasa dan saya yakin museum ini adalah satu-satunya di dunia,” kata Bindeshwar Pathat, pendiri museum dan lembaga nirlaba Sulabh International.
“Gagasannya adalah memulai pembicaraan yang sehat tentang sanitasi dan kakus. Kami ingin mengedukasi orang bahwa kakus bukanlah kata yang kotor,” ujarnya sambil menggenggam bola-bola hitam kecil yang terbuat dari campuran kotoran kering dan lem.
Pathak mengatakan museumnya mendapat perhatian lebih besar setelah masuk dalam daftar 10 museum aneh di majalah Times pada 2014.
“Ratusan orang datang berkunjung setiap akhir pekan,” kata laki-laki berusia 74 tahun yang dikenal dengan julukan ‘Guru Kakus’ itu.
Takhta Kakus
Koleksi yang paling banyak dapat perhatian adalah takhta kakus Raja Louis XIV. Kabarnya, kakus kayu dari abad ke-18 itu dibuat agar sang raja bisa BAB kapan saja, termasuk saat menerima tamu dan memimpin rapat.
Raja Prancis itu sering mengalami sembelit, sehingga dia tidak mau menahan saat ada muncul dorongan untuk buang air.
“Amat menarik melihat bentuknya yang unik dan membaca sejarah kakus-kakus ini,” kata Vinita Lodwal, mahasiswi ilmu keperawatan berusia 25 tahun.
“Informatif, juga lucu,” ujarnya sambil berpose selfie bersama temannya di depan replika kakus Raja Louis XIV.