Restorasi Partai Golkar, Airlangga Harus Dikelilingi Kader Antikorupsi

Loading

JAKARTA (IndependensI.com) -Partai Golkar selalu punya strategi jitu dalam keluar dari persoalan berat. Pasca orde baru, Golkar sempat mengalami keterpurukan luar biasa, namun bisa bangkit lagi. Sekarang merupakan fase kedua terburuk karena Ketua Umumnya yang juga Ketua DPR Setya Novanto terbelit dalam kasus mega korupsi KTP Elektronik.

Kini, Golkar di bawah kepemimpinan Ketua Umum yang baru Airlangga Hartarto harus kerja keras memulihkan keadaan, terutama menghadapi Pilkada 2018 dan Pilpres 2019. Sekalipun Airlangga Hartarto merupakan figur bersih dan diharapkan mampu mengangkat citra Partai Golkar, namun tentu saja tidak semudah yang diperkirakan.

Golkar era Setya Novanto meninggalkan warisan paling buruk karena tidak sekedar terlibat dalam kasus korupsi sebagaimana terjadi pada partai-partai lain.  Namun, Setya Novanto sebagai Ketua Partai Golkar dan juga Ketua DPR melakukan tindakan yang sangat memalukan dan sekaligus mencoreng nama DPR sebagai institusi atau lembaga  anggota dewan yang terhormat.

Setya Novanto tidak patuh pada hukum, terduga korupsi yang hampir pasti terlibat dalam sejumlah mega kasus korupsi, berbohong dan tindakan tercela lainnya. Pura-pura sakit parah, terus bisa sembuh dalam sekejab. Namun kambuh lagi hingga seperti orang sakit amnesia.

Istilahnya, Setya Novanto telah melakukan segalanya dalam hal tindakan yang tidak terpuji baik untuk partai, DPR maupun keluarganya. Golkar sudah identik dengan partai korup dan terbukti memang banyak kader hingga ketua umumnya terlibat korupsi. Di mata masyarakat, Golkar sudah harus di eliminasi karena ada uang korupsi mengalir ke dalam khas partai.

Warisan buruk Golkar semacam itulah yang kini harus dibersihkan oleh Airlangga Hartarto.  Pengamat Politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Ubedilah Badrun, menilai salah satu langkah penting yang juga menjadi pekerjaan rumah Ketua Umum Golkar terpilih Airlangga Hartarto adalah merestorasi Partai Golkar guna pemulihan citra partai.

“Langkah penting yang perlu dilakukan Airlangga Hartarto adalah merestorasi citra partai. Jadi memulihkan citra, dari buruk menjadi baik,” ujar Ubedilah, di Jakarta, Rabu (20/12/2017).

Ubedilah menekankan munaslub harus menjadi bagian dari ajang evaluasi yang mendasar di tubuh Golkar, karena Golkar berkali-kali tertimpa masalah serius yang kemudian berdampak pada citra Golkar. Pasca-penahanan Setya Novanto dalam kasus dugaan korupsi KTP elektronik, Airlangga harus secara nyata memperlihatkan ketegasannya untuk memerangi isu korupsi yang menjadi perhatian publik.

Ketegasan memerangi korupsi dapat menjadi salah satu cara merestorasi citra Golkar. “Caranya adalah ketegasan dari Airlangga Hartarto terhadap praktik koruptif. Saya kira sikap tegas Airlangga Hartarto memerangi korupsi akan mengubah cara pandang publik terhadap Golkar,” katanya.

Selain itu, menurut Ubedilah, juga diperlukan restrukturisasi dalam kepengurusan sebagai bagian dari harapan publik sesuai dengan taglinenya yakni Golkar bersih.
“Revitalisasi struktur partai, dari orang-orang yang cenderung bagian dari praktik korupsi diganti oleh orang-orang baru atau kader Golkar yang belum terkontaminasi oleh orang-orang lama,”.

Sebelumnya, hasil survei lembaga penelitian Indodata memunculkan sejumlah nama kader Golkar yang dinilai mencerminkan sosok perubahan dalam partai beringin. Nama-nama itu antara lain Airlangga Hartarto, Siti Hediati Hariyadi (Titiek Soeharto), Ahmad Doli Kurnia, Yorrys Raweyai, Nusron Wahid, Agus Gumiwang Kartasasmita, Bambang Soesatyo, Zainudin Amali, Ace Hasan Syadzili, dan Muhammad Sarmuji.

Dalam survei berbasis opinion leader yang melibatkan 46 responden itu mayoritas responden menyebut nama Ahmad Doli Kurnia yang paling representatif menjadi Sekjen DPP Golkar mendampingi Airlangga Hartarto.

Menyikapi hasil survei ini, Ubedilah menyampaikan bahwa sejatinya penunjukan Sekjen merupakan salah satu poin krusial dalam revitalisasi kepengurusan Golkar di bawah kepemimpinan Airlangga Hartarto.

Ubedilah menilai Sekjen Golkar ke depan harus lah orang muda yang visioner dan memiliki sikap tegas terhadap anti-korupsi. Dilihat dari rekam jejaknya sosok Doli Kurnia cukup layak menjadi Sekjen Golkar. “Dia (Doli Kurnia) punya pengalaman jadi aktivis. Dia juga punya sikap terhadap praktik korupsi yang dilakukan oleh Setya Novanto,” ujar Ubedilah.

Dia memandang Golkar membutuhkan seorang Sekjen yang memiliki loyalitas terhadap politik adiluhung partai beringin. Menurutnya, wajar jika Doli Kurnia muncul sebagai nama terkuat sebagai calon Sekjen Golkar, karena sikap kritisnya menentang praktik korupsi selama ini.

Ubedilah menekankan restorasi partai diperlukan agar Golkar dapat melalui tahun politik 2018-2019 dengan baik. Apabila Golkar di bawah kepemimpinan Airlangga tidak mampu membuat langkah-langkah strategis, maka perolehan suara Golkar dapat dipastikan bakal menurun.