John Portman

Arsitek Marina Square Tutup Usia

Loading

JAKARTA (IndependensI.com) – John Portman, pelopor rancangan hotel modern yang karyanya tersebar dari Amerika hingga Asia, meninggal di usia 93 tahun pada Sabtu (30/12/2017).

“Arsitek pelopor, entrepreneur, seniman, dan filantropis, Mr Portman mengubah cakrawala berbagai kota di seluruh dunia dan memengaruhi kehidupan banyak orang di Atlanta dan luar negeri,” kata pernyataan John Portman & Associates di laman resmi perusahaan itu.

Portman mencetak sejarah pada 1967 dengan Hyatt Regency Atlanta. Gedung 22 lantai itu menjadi bangunan yang menonjol di antara hotel-hotel tradisional di sekitarnya.

Hotel tersebut adalah satu dari tiga hotel di kawasan gedung pertemuan di Atlanta, Georgia. Di kawasan itu, Portman membuka Peachtree Center, seluas 14 blok, pada 1961.

Peachtree Center ikut menjadikan Atlanta salah satu kota konvensi terdepan di Amerika Serikat. Lebih hebat lagi, Portman merancang dan membangunnya tanpa menggunakan dana publik.

Peachtree Center

“Dengan peran sebagai arsitek dan pengembang real estate di banyak proyeknya, Mr Portman menempa karier yang unik. Dia separuh seniman dan separuh lagi pengusaha,” tulis The New York Times dalam tulisan profil dan wawancara dengan Portman pada 2011.

Karya Portman yang terkenal antara lain gedung serbaguna Embarcadero Center, yang membentang hingga empat blok dan mengubah wajah pesisir San Francisco sejak 1968. Dia juga merancang Renaissance Center di Detroit, gedung serbaguna yang ikut mendorong pertumbuhan kota itu pada 1970an.

Di Asia, Portman merancang Marina Square. Gedung pertemuan, hotel, dan pusat perbelanjaan itu kini menjadi salah satu landmark Singapura.

Portman juga merancang banyak bangunan di China dan India.

Marina Square

Laman biografisnya mengatakakan bahwa Portman “mengambil filosofi dari ‘Self-Reliance’, tulisan karya Ralph Waldo Emerson. Aristektur rancangannya dipengaruhi ajaran Frank Lloyd Wright,” salah satu perancang bangunan paling berpengaruh di abad ke-20.

Perusahaan Portman mengatakan bahwa setelah sang pendiri berpulang, “kami merasa terhormat jika bisa melanjutkan warisan dan kenangannya.”