JAKARTA (Independensi.com) – Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis (22/2/2018) pagi bergerak melemah sebesar 66 poin menjadi Rp13.678 dibanding posisi sebelumnya Rp13.612 per dolar AS.
“The Fed yang memberikan sinyal untuk menaikkan suku bunganya membuat dolar AS kembali terapresiasi terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah,” kata analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, Kamis.
Ia mengemukakan bahwa hasil risalah dalam pertemuan The Fed pada 30-31 Januari yang diumumkan tadi malam menyatakan adanya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang nanti dapat memicu inflasi sehingga kenaikan tingkat suku bunga The Fed dimungkinkan terjadi.
“Pascarisalah itu, sejumlah yield obligasi Amerika Serikat meningkat dan mendorong permintaan dolar AS,” katanya.
Ia mengharapkan, pelemahan rupiah dapat terbatas seiring adanya pernyataan positif dari Gubernur BI, Agus Martowardojo terkait pelonggaran kebijakan makroprudensial untuk memulihkan penyaluran kredit perbankan.
Di sisi lain, lanjut dia, adanya pernyataan positif dari Kemenkeu bahwa APBN pada bulan Januari 2018 menunjukkan perbaikan. Realisasi pendapatan negara telah mencapai Rp101,4 triliun atau 5,3 persen dari target APBN 2018 sebesar Rp1.894,7 triliun, atau tumbuh 14,7 persen dari periode sama tahun lalu.
Kepala Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra mengatakan bahwa pergerakan mata uang rupiah cenderung dipengaruhi oleh sentimen eksternal, terutama dari Amerika Serikat mengenai potensi kenaikan suku bunga AS.
“Hasil pertemuan The Fed yang ‘hawkish’ mendorong kenaikan dolar AS lebih lanjut,” katanya. (eff)