YOGYAKARTA (Independensi.com) – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mendukung pengembangan inovasi oleh perguruan tinggi. Salah satunya adalah inovasi mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (FT-UGM) membuat purwarupa alat pencacah limbah plastik yang hasilnya dapat digunakan sebagai bahan campuran aspal hingga 20 persen. Hal ini juga akan berkontribusi pada pengurangan limbah plastik di Indonesia.
“Tujuannya untuk mengurangi sampah plastik karena pantai kita paling kotor kedua di dunia. Pemanfaatan sampah plastik adalah dengan mengolahnya, salah satunya sebagai bahan campuran aspal. Oleh karena itu universitas sebagai pusat inovasi bisa turut berkontribusi. Seperti alat pencacah limbah plastik ini yang merupakan inovasi FT UGM bekerjasama dengan BUMN PT. Barata Indonesia yang akan memproduksinya secara massal,” jelas Menteri PUPR Basuki Hadimuljono usai menerima penghargaan Herman Johannes Award 2018 Bidang Infrastruktur di Balai Senat Gedung Pusat UGM, Yogyakarta, Selasa (20/1/2018).
Untuk mendorong keterlibatan masyarakat dalam pengolahan limbah plastik untuk campuran aspal, Kementerian PUPR siap untuk membeli seribu alat pencacah hasil produksi PT. Barata Indonesia yang akan didistribusikan ke tempat pembuangan akhir sampah di berbagai daerah. Limbah plastik kresek akan dicacah menjadi ukuran kurang lebih 4 mm, dengan harga jual sekitar Rp 4 ribu per kg.
“Kementerian PUPR melalui Balai-Balai Pelaksanaan Jalan Nasional yang ada di daerah juga siap membeli hasil plastik cacahnya. Jumlahnya tergantung kemampuan produksi, karena pada prinsipnya kita perlu banyak,” kata Menteri Basuki.
Menurutnya penelitian pemanfaatan limbah plastik sudah mulai dilakukan sejak 2008 oleh Balitbang PUPR. Kemudian atas inisiatif Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, penelitian ini terus dikembangkan dan diintensifkan sejak awal tahun 2017. Penggunaan aspal campuran limbah plastik telah diuji coba pada beberapa ruas jalan nasional di Jakarta, Makassar, Bekasi, Denpasar dan Tol Tangerang-Merak.
Berdasarkan hasil uji laboratorium tahun 2017 oleh Pusat Litbang Jalan, Balitbang, Kementerian PUPR, campuran beraspal panas dengan tambahan limbah plastik lebih tahan terhadap deformasi dan retak lelah dibandingkan dengan campuran beraspal panas biasa.
Penggunaan limbah plastik juga sama sekali tidak mengurangi kualitas jalan, bahkan justru bisa menambah kerekatan jalan. Saat dihampar sebagai aspal panas, ketika diukur suhunya yaitu 150-180 derajat celcius, yang artinya plastik tidak terdegradasi dan masih jauh dari batas degradasi sampah yaitu 250-280 derajat Celcius atau suhu dimana plastik mengeluarkan racun.(*)