YOGYAKARTA (IndependensI.com) – Ketua Komite Pimpinan Wilayah Partai Rakyat Demokratik (KPW PRD) Daerah Istimewa Yogyakarta Ardy Syihab menyatakan acara pendidikan PRD, awalnya akan di laksanakan pada tanggal 24-25 Februari 2018 di Wisma Kawasan Wisata Pantai Parangtritis dihentikan paksa oleh ormas radikal. Agenda pendidikan PRD direncanakan dilangsungkan tertutup dan akan diikuti sekitar 20an peserta.
“Pada Sabtu sekitar pukul 09.30 WIB, panitia dam calon anggota berkumpul di Taman Wijayabrata sebagai titik kumpul awal. Dari sana, telah diintai oleh sekitar 8 orang dari intel kodim, dan polres serta menanyakan perihal agenda PRD,” kata Ardy, Minggu (25/02/2018).
Ketua Panitia dan ketua KPW PRD DIY menemui intel tersebut dan menanyakan maksud tujuan acara yang digelar. Setelah bertemu, terjadi komunikasi dua arah dan menjelaskan maksud dan tujuan agenda PRD sehingga dapat dipastikan tidak ada masalah lagi.
Ia menyatakan ekitar pukul 11.00an WIB, semua calon anggota berangkat ke lokasi pendidikan di kawasan wisata Pantai Parangtritis. Selanjutnya ia menjelaskan kronologi kejadian yakni sekitar pukul 12.30an WIB, panitia dan calon anggota partai sudah berada di lokasi, kemudian dilanjutkan mempersiapkan tempat dan memasak bersama.
Lalu sekitar pukul 15.00 WIB, agenda pendidikan di mulai dengan materi pertama Sejarah PRD. Sekitar pukul 16.00 wib, ada segerombolan sekitar 50 orang yang mengaku dari ormas setempat disertai Polisi dan TNI ditambah beberapa orang yang mengatasnamakan warga sekitar mendatangi lokasi pendidikan PRD DIY.
Ia menyatakan karena terlihat kerumunan di luar wisma ada inisiatif dari Ketua KPW PRD dan ketua panitia menemuinya, terjadi pembicaraan termasuk penjelasan tentang agenda pendidikan tersebut.
Dalam pembicaraan, pihak ormas dan intel terus menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan agenda dan PRD secara keorganisasian sementara agenda pendidikan masih berlangsung di dalam wisma.
“Secara prosedural hukum dan sosial tidak ada masalah yang menghalangi acara Pendidikan PRD tetap berlangsung, polisi beralasan datang ke lokasi untuk mencegah karena ada potensi pihak yang akan datang. Merasa tidak ada celah dan landasan penghentian agenda, ada pihak yang mengintimidasi pemilik lokasi. Hingga akhirnya pihak pemilik wisma meminta agenda tersebut dihentikan dan meminta untuk segera keluar dari lokasi sebelum magrib,” ujarnya.
Ia melanjutkan dikarenakan dalam area pendidikan sudah sama sekali tidak memungkinkan, maka pendidikan dihentikan. Pada pukul 18.00 WIB, semua panitia dan calon anggota partai, keluar dari lokasi tersebut meski masih saja terus dibuntuti banyak gerombolan motor dari belakang hingga sampai kota. Pendidikan akhirnya dialihkan di tempat lain
“Kami sangat menyesalkan penghentian paksa serta perlakuan intimidatif yang telah dilakukan oleh pihak-pihak tersebut karena perlakuan itu telah memperparah wajah DIY yang akhir-akhir dicoreng aksi-aksi intoleransi. Peristiwa ini membuktikan pula bahwa problem intoleransi yang semakin menjadi-jadi akhir-akhir ini tidak sebatas pada ranah SARA tapi juga telah memasuki wilayah kebebasan berserikat dan berorganisasi. Untuk diketahui, PRD memegang komitmen penuh memenangkan Pancasila (#menangkanpancasila) dan agenda yang dibubarkan paksa tersebut pun dalam rangka menyebarluaskan kesadaran Berpancasila. Melalui peristiwa pembubaran ini semakin jelas bahwa Yogyakarta telah menjadi tempat yang subur bagi tindakan-tindakan represif yang banyak terjadi, mulai dari konflik stuktural pemerintahan, agraria, SARA, hingga kebebasan berserikat dan berorganisasi. Sekaligus juga menjadi sarang bagi kelompok-kelompok intoleran perusak kerukunan antar elemen bangsa dan menghambat usaha warga negara dalam menyebarluaskan kesadaran Berpancasila,” paparnya.