PAPUA BARAT (IndependensI.com) —Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus memacu pembangunan Jalan Trans Papua Barat sepanjang 1.070,62 km yang merupakan bagian dari Jalan Trans Papua, dimana saat ini telah berhasil tersambung seluruhnya.
Terhubungnya Jalan Trans di Provinsi Papua Barat, merupakan perwujudan Nawa Cita Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla dalam membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. Kehadiran jalan trans juga akan membuka keterisolasian wilayah, menurunkan tingkat kemahalan harga barang-barang dan mengurangi kesenjangan pembangunan.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengemukakan bahwa masyarakat sudah mulai merasakan manfaat keberadaan Jalan Trans Papua dan Jalan Perbatasan Papua. Meskipun kendaraan yang melintas masih sedikit, namun penduduk yang sebelumnya berjalan kaki melalui medan yang sulit dan memakan waktu lama, kini jalur tersebut lebih mudah dilewati dan memangkas waktu perjalanan.
Jalan Trans Papua Barat terbagi menjadi dua segmen/ruas yaitu segmen I Sorong-Maybrat-Manokwari (594,81 km) yang menghubungkan dua pusat ekonomi di Papua Barat yakni Kota Sorong dan Manokwari yang dapat ditempuh dengan waktu 14 jam. Ruas jalan ini juga terhubung dengan Pelabuhan Arar sebagai pelabuhan tol laut yang merupakan bagian dari Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sorong. Kondisinya 77 persen sudah beraspal dan sisanya masih berupa perkerasan tanah sepanjang 134,88 km dan diperlukan perbaikan geometrik jalan sepanjang 29,5 km.
Sementara segmen II Manokwari-Mameh-Wasior-Batas Provinsi Papua telah berhasil tembus pada Desember 2017. Dari panjang 475,81 km, kondisi beraspal sepanjang 145,41 km, perkerasan tanah 330,41 km dan perlu perbaikan geometrik jalan sepanjang 38,24 km.
Pada pertengahan Februari 2018, tim Direktorat Jenderal (Ditjen) Bina Marga yang dipimpin Direktur Pembangunan Jalan Achmad Gani Ghazali Akman bersama Kepala BPJN XVII Yohanis Tulak Todingrara dan Kepala Pusat Jalan dan Jembatan (Pusjatan) Deded Permadi Sjamsudin menjajal segmen II jalan trans Papua Barat. Perjalanan dimulai dari Kabupaten Nabire dan berakhir di kota Manokwari dengan waktu 22 jam dengan kendaraan double gardan.
Direktur Pembangunan Jalan Achmad Gani Gazali mengatakan tantangan dalam pembangunan jalan Trans baik di Papua dan Papua Barat adalah kondisi alam yang masih berupa hutan, pegunungan dan cuaca. Untuk mengatasi kondisi di lapangan tersebut, Ditjen Bina Marga bekerja sama dengan Pusjatan. Disamping itu juga dilakukan sistem kerja 3 shift agar target penyelesaian dapat tercapai. Ketersediaan material konstruksi juga terbatas di Papua, namun pihaknya tetap berupaya keras mengutamakan pemanfaatan material yang tersedia di Pulau Papua.
Kepala BPJN XVII Yohanis Tulak Todingrara mengatakan pada tahun ini mengalokasikan dana penanganan Trans Papua Barat sebesar Rp 950 miliar. Dana tersebut disamping untuk pembangunan jalan juga digunakan untuk pembangunan sejumlah jembatan karena melintasi banyak sungai serta pemeliharaan agar tetap dalam kondisi fungsional.
Hingga akhir 2017, jumlah jembatan yang butuh dibangun atau ditangani berjumlah 125 jembatan atau setara 3.350 meter. Pembangunan jembatan bersifat semi permanen menggunakan jembatan bailey atau jembatan kayu. “Kami targetkan bisa selesai tahun 2019. Pada tahun ini sudah kita tangani pembangunan sebanyak 60 jembatan yang juga akan melibatkan Pusjatan untuk pendampingan,” ujar Tulak.(*)