JATINANGOR (IndependensI.com) – Divisi Mikrobiologi dan Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (FK Unpad) bekerja sama dengan World Health Organisation (WHO), Kementerian Kesehatan RI, Dinas Kesehatan Jawa Barat, Dinas Kesehatan Kota Bandung, Perhimpunan Pemberantasan Penyakit Parasitik Indonesia (P4I), Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani serta Universitas Kristen Maranatha, menyelenggarakan pertemuan yang bertajuk “2nd Bandung International Scientific Meeting on Parasitology and Tropical Disease”.
Pertemuan ini rutin diselenggarakan dalam tiga tahun dan pada tahun ini mengangkat tema Current Update on Arbovirus. Acara yang diselenggarakan dalam bentuk workshop dan presentasi ini dibuka oleh Dekan Fakultas Kedokteran Unpad, Dr. Med. Setiawan, dr. pada Jumat, 27 April 2018 di Rumah Sakit Pendidikan Unpad Jl. Prof. Eyckman No. 38 Bandung pukul 08.00 WIB.
Kegiatan yang dihadiri oleh Walikota Bandung, Ridwan Kamil ini juga menghadirkan pembicara dari dalam dan luar negeri yang kompeten di bidangnya. Antara lain dr. Anung Sugihantono, M.Kesdari Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Departemen Kesehatan RI sebagai keynote speaker, Dr. Dodo Suhendar, MM. Dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Prof. Dr. Roger Frutos dari Montpellier University, Perancis dan dr. Rosye Hadiani Apip, M.Kom. dari Dinas Kesehatan Kota Bandung.
Penyakit arbovirus, merupakan penyakit yang disebabkan oleh berbagai virus yang ditularkan oleh arthropoda, antara lain Dengue, Chikungunya, Zika, dan Japanese Encephalitis.
Penyakit ini merupakan penyakit tropis endemik di dunia, termasuk di Indonesia. Berbagai tindakan pencegahan telah dilakukan, namun sampai sekarang masih belum dapat diatasi dengan baik. Berbagai perkembangan meliputi penelitian biomedis, layanan diagnostik, dan program pengendalian penyakit parasit yang lebih modern terus dilakukan untuk dapat mengatasi permasalahan akibat penyakit ini.
Selama ini, Bandung telah menjadi kota percontohan untuk penelitian sistemvsurveilans dengue yang berkesinambungan dengan melibatkan pemerintah kota dan berbagai instansi di Kota Bandung. Berbagai masalah telah diidentifikasi. Pada dasarnya solusi dari semua itu adalah semua pihak sepakat untuk melakukan sistem surveilans yang sudah terstandar.
Masalah dengue bukan hanya menjadi tugas bagi dinas kesehatan saja, tapi harus menjadi perhatian semua pihak, termasuk keterlibatan masyarakat. Dengan diberlakukan standar sistem surveilans, maka pencegahan penyakit dapat dilakukan secara optimal bukan hanya untuk dengue/arbovirus, tapi juga untuk penyakit lainnya.
Melalui kegiatan ini diharapkan dapat menghasilkan komitmen dari berbagai pihak untuk mencegah maupun mengendalikan infeksi arbovirus.
Penelitian yang dilakukan secara terpadu dan multidisiplin tentunya akan bisa diaplikasikan untuk kepentingan masyarakat. Salah satu kesepakatan yang penting adalah implementasi standar acuan untuk surveilans arbovirus di Indonesia dan Asia Tenggara, khususnya untuk Dengue.