PARIS (IndependensI.com) – Petenis Amerika Serikat (AS), Sloane Stephens memperpanjang waktu penampilannya di French Open 2018 dengan melaju ke babak final. Dia berhasil menundukkan rekan senegaranya, Madison Keys 6-4 6-4 di babak semifinal, Kamis (07/06/2018).
Dari catatan yang ada, babak final sesama petenis AS terjadi pada 2002 di Roland Garros. Stephens yang menjadi unggulan 10 tanpa menemui kesulitan menundukkan Keys yang tidak pernah memenangkan satu set dari tiga kali bertemu. Justru Keys mencatat banyak unforced error. Stephens sendiri tidak pernah melewati babak keempat di Paris, akan melawan runner-up tahun lalu sekaligus petenis nomor satu dunia, Simona Halep dari Rumania di babak final, Sabtu (09/06/2018).
Petenis 25 tahun ini menjadi petenis AS pertama yang berhasil menembus lima besar WTA sejak Lindsay Davenport pada 2006 lalu. Davenport adalah pelatih Keys. “Selalu saja menemui kesulitan ketika harus melawan rekan senegara yang juga teman baikku. Tapi saya senang bisa bermain dengan baik,” kata Stephens usai berlaga. “Ini adalah turnamen favorit saya dan tak sabar untuk menunggu laga final hari Sabtu,” imbuhnya.
Saat bertanding, Stephens sudah menemukan rama permainan dan mendikte lawan sejak awal. Melalui pukulan forehand winner dari baseline, Stephens mendominasi dalam tiga games. Kendati demikian, Keys yang mencatat 23 unforced error selama pertandingan set pertama, justru memberikan perlawanan yang signifikan hingga mematahkan servis Stephens untuk unggul 3-2. Keys berhasil menjinakkan pukulan servis winner lawannya dengan maksimal.
Keunggulan itu ternyata tidak bertahan lama. Stephens kembali mendominasi dan mematahkan servis lawannya hingga game ketujuh untuk seterusnya menyelesaikan pertandingan dengan kemenangan. Keys sudah berupaya untuk bangkit dan melakukan serangan melalui pukulan akurat. Hanya saja Stephens menutup semua kesempatan dan kelemahan lawan untuk mengalahkannya. Dia berhasil menghambat perlawanan Keys melalui pukulan akurat backhand winner hingga ke garis baseline.
Sementara itu, Halep juga melaju ke final dengan kemudahan. Dia berhasil mencatat kemenangan 6-1, 6-4 atas petenis Spanyol spesialis lapangan clay, Garbine Muguruza. Halep tanpa menemui kesulitan mengadang servis keras dan penempatan bola yang akurat Muguruza yang juga juara tahun 2016. Muguruza memang menyerang Halep sejak awal dan bermain cepat dalam pertandingan maraton menguras stamina. Hanya saja, Halep lebih siap. Petenis 26 tahun ini secara fisik dan mental serta tehnik memang diperuntukan tampil hingga babak final.
“Saya tahu, Muguruza bermain sangat agresif di lapangan clay. Tenaga dan staminanya cukup besar. Saya hampir kesulitan untuk keluar dari tekanannya,” ujar Halep usai bermain. Kendati demikian, Halep yang memiliki kemampuan strategi terbaik ini, justru membalikkan keadaan. “Saya punya kekuatan di kaki dan berhasil membuat lawan mundur satu -dua langkah. Ini yang saya manfaatkan,” imbuhnya.
Muguruza, petenis berpostur 182 cm ini mengaku Halep bermain cepat sejak set awal. “Dia bermain cepat dan sulit mengimbanginya. Performanya terus meningkat sepanjang pertandingan,” puji Muguruza. Pertandingan set pertama pun berjalan lebih cepat dari dugaan sebelumnya. Kemudian dilanjutkan di set kedua yang nyaris sama cepatnya dengan set awal. Halep dipastikan mampu mengimbangi performa Stephens menyusul usia yang terpaut satu tahun dengan lawannya. Secara teknik, keduanya memiliki keunggulan masing-masing. Demikian berita dikutip dari Associated Press.