JAKARTA (Independensi.com) – Kementerian Koordinator Kemaritiman menegaskan bahwa rancangan pembangunan tiang kereta ringan (LRT) tidak dibuat dengan asal.
Ridwan Djamaluddin, Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur Kementerian Koordinator Kemaritiman menjelaskan tiang sengaja dirancang tinggi agar nantinya jalur LRT tidak justru menambah parah kemacetan.
Ridwan mengakui bahwa rancangan tersebut pada akhirnya membuat biaya investasi proyek lebih mahal. “Tapi ya itu, karena ada dampak lalu lintas di jalan ada perlintasan sebidang rancangan tersebut dipilih,” katanya di Gedung BPPT, Selasa (26/6).
Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah sebelumnya mengkritik pembangunan LRT. Kritik dia arahkan pada rancangan tiang proyek.
Fahri menilai tiang Proyek LRT terlalu tinggi. Dia curiga rancangan tiang tersebut memang sengaja ditinggikan dengan tujuan untuk menggelembungkan nilai proyek.
“Kenapa dibuat tinggi, buat saja LRT di bawah tanah supaya tidak banyak tiang dan lebih murah,” katanya Senin (25/6) kemarin.
Selain dari Fahri, tuduhan penggelembungan nilai Proyek LRT juga disampaikan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Saat pidato sambutan Halal Bihalal Kader Partai Gerindra se-Sumatera Selatan di Palembang pekan lalu, Prabowo menyebut bahwa ada penggelembungan nilai investasi besar- besaran yang dilakukan dalam pelaksanaan Proyek LRT.
Tuduhan penggelembungan tersebut dia dasarkan pada biaya pembangunan LRT di Indonesia yang besarannya US$40 juta per kilometer.
Prabowo menyatakan bahwa investasi tersebut jauh di atas standar dunia yang hanya US$8 juta per kilometer. Hal ini dibantah Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan yang mengatakan Prabowo mendapatkan informasi salah tentang biaya pembangunan LRT.