JAKARTA (IndependensI.com) – Gelaran bulutangkis berhadiah total US$ 1.250.000 Blibli Indonesia Open 2018 di Istora Senayan menuai dwi sukses, yakni sukses prestasi juara sekaligus sukses dalam penyelenggaraan yang berkualitas. Ganda putra nomor satu dunia, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon mencatat kemenangan atas duet Jepang, Takuto Inoue/Yuki Kaneko 21-13 dan 21-16 dalam tempo 31 menit, Minggu (08/07/2018).
Kemenangan ini menjadi catatan penting menyusul paceklik prestasi ganda putra di ajang Indonesia Open sejak 2013. Kala itu, duet Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan berhasil mengalahkan duo tangguh Korsel, Lee Young Dae/Ko Sung Hyun.
Mendapat dukungan penuh dari publik Istora, Kevin/Marcus mampu tampil agresif sejak dimulainya laga. Speed dan power yang menjadi ciri khas permainan pasangan yang dijuluki “Minion” itu membuat pasangan Jepang tidak mampu mengembangkan permainannya. “Mungkin musuhnya lagi underperform hari ini. Ya mungkin dia nervous juga. Kemarin bagus, hari ini perform nya tidak seratus persen, ya kita lebih beruntunglah,” ujar Marcus usai berlaga. “Kemenangan ini yang pasti buat kami menjadi motivasi buat lebih lagi, apalagi yang kemarin kita habis kalah di Malaysia Open, ada sedikit kurang percaya diri, kita habis menang ini jadi tambah percaya diri,” tambah Marcus.
Dengan hasil ini, maka Kevin/Marcus berhasil meraih gelar untuk keempat kalinya sepanjang tahun 2018 ini. Sebelumnya, ia berhasil menjadi juara di Indonesia Masters, India Open, dan All England Open. “Pastinya kita senang banget bisa juara di kandang sendiri. Ini kan di istora terkenal angker, jadi kita bisa dapat gelar disini ya senang.” kata Kevin.
Kemudian sukses kedua tuan rumah digenapi ganda campuran Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir yang juga memuaskan publik bulutangkis di Istora Senayan dengan sebuah sukses mempertahankan gelar juara. Owi/Butet, biasa duet ini disebut, berhasil menumbangkan kedigdayaan ganda campuran Malaysia, Chan Peng Soon/Goh Liu Ying 21-17 dan 21-8 dalam waktu 38 menit. Peraih medali emas Olimpiade Rio de Janeiro 2016 itu mengulang sukses menjadi juara Indonesia Open tahun lalu.
Banyak yang beranggapan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir mendapat “kutukan” tidak bisa juara Indonesia Open jika turnamen ini berlangsung di Istora Senayan Jakarta. Namun, anggapan itu mampu ditepis oleh keduanya. “Senang sekaligus sedih karena ini untuk terakhir kalinya saya tanding di Indonesia Open. Senang bisa ngasih gelar juara lagi dan mitos Istora angker buat Owi/Butet (Tontowi/Liliyana) itu sudah lewat, sudah dibayar lunas,” ungkap Liliyana usai laga.
Sedangkan Owi mengaku bersyukur bisa mempersembahkan gelar juara untuk pencinta bulutangkis Indonesia. “Akhirnya setelah sekian lama kita bisa juara, Alhamdulillah. Yang pasti kita bersyukur pada Tuhan di kasih kesehatan, di kasih kesempatan buat juara lagi disini. Permainan tadi sih pertama tegang ya maksudnya banyak penonton, tapi dalam hati saya ada keyakinan untuk memenangkan pertandingan ini karena, pola permainan kita bisa diterapin” ungkap Tontowi.
Sebelumnya, Tontowi/Liliyana mampu tembus final Indonesia Open yang digelar di Istora pada tahun 2011 dan 2012. Saat itu mereka harus mengakui keunggulan lawan-lawannya dan finis di posisi kedua. Kemudian mereka kembali berhasil menjajaki partai final Indonesia Open untuk ketiga kalinya pada tahun 2017 lalu. Meskipun mereka akhirnya bisa menjadi juara, namun kala itu turnamen tak digelar di Istora, dan menambah kuat anggapan banyak orang jika Tontowi/Liliyana benar-benar mendapatkan “kutukan” tak bisa juara Indonesia Open di Istora.
“Hari ini walaupun lawannya Malaysia dengan head to head 9-1, tapi apapun itu bisa terjadi, jadi kita dari awal fokus, terus saya juga flashback nonton waktu saya terakhir ketemu mereka juga saya pelajarin dan saya terapkan tadi. Dari pelatih juga sama seperti yang saya nonton dan diterapkan, kita bisa menang dan pasangan Malaysia nya juga liat begitu luar biasanya penonton di Istora tadi, pastilah agak keganggu. Apalagi kemarin saya baca statement Goh Liu Ying bahwa akan melawan satu stadium.” jelas Liliyana.
Pihak penyelenggara pun tampak puas dengan gelaran yang berjalan dengan lancar dan meningkat dari sisi kualitas penyelenggaraan. Hal ini merupakan hasil kerja keras dari setiap individu yang melaksanakan tugasnya secara optimal. “Kita patut bersyukur turnamen Blibli Indonesia Open 2018 bisa berjalan dengan baik dan sukses. Itu berkat kerja keras dari kita semua. Hasil yang kita peroleh juga sangat memuaskan, kita dapat dua gelar. Ini sungguh hasil yang sangat menggembirakan dengan bisa melebihi target yang seperti sebelumnya disampaikan Susy Susanti (Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI),” ungkap Ketua Panpel Blibli Indonesia Open 2018 Achmad Budiharto yang juga menjabat Sekretaris Jenderal PP PBSI.
Indonesia sendiri sebagai tuan rumah, terakhir meraih dua gelar juara yaitu pada Indonesia Open 2008 silam. Kala itu diraih oleh pemain tunggal putra Sony Dwi Kuncoro dan pasangan ganda putri Vita Marissa/Lilyana Natsir.
Berikut hasil final Blibli Indonesia Open 2018:
Tunggal Putri
Tai Tzu Ying (Taiwan) VS Chen Yufei (Tiongkok) 21-23, 21-15, 21-9
Ganda Putri
Yuki Fukushima/Sayaka Hirota (Jepang) VS Mayu Matsutomo/Wakana Nagahara (Jepang) 21-14, 16-21, 21-14
Tunggal Putra
Kento Momota (Jepang) VS Viktor Axelsen (Denmark) 21-14, 21-9
Ganda Campuran
Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir (Indonesia) VS Chan Peng Soon/Goh Liu Ying (Malaysia 21-17, 21-8
Ganda Putra
Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon (Indonesia) VS Takuto Inoue/Yuki Kaneko (Jepang) 21-13 21-16