Presiden Jokowi. (Ist)

Pilih Cawapres, Ini Strategi ‘Kontes Kecantikan’ Jokowi

Loading

JAKARTA (Independensi.com) – Petahana Joko Widodo belum kunjung menunjuk pendampingnya di Pilpres 2019, meski pendaftaran calon presiden dan wakil presiden tinggal 27 hari lagi. Pendaftaran Capres Cawapres akan dimulai 4-10 Agustus 2018.

Sejumlah nama sudah bermunculan sebagai bakal calon pendamping mantan Wali Kota Solo tersebut. Sebut saja, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar alias Cak Imin.

Bahkan, Cak Imin percaya diri mendapuk diri sebagai wakil presiden paling cocok bagi Jokowi. Dia sering memberi pernyataan ke media, termasuk nama duet Join, Jokowi-Cak Imin.

Selain Cak Imin, ada nama Airlangga Hartarto, Menteri Perindustrian sekaligus Ketua Umum Golkar. Jokowi beberapa kali memiliki momen mesra dengan Airlangga. Misalnya saat olahraga bareng Airlangga di Istana Bogor Maret lalu. Jokowi mengenakan kaos kuning, warna identik Golkar. Atau pada Mei lalu saat buka puasa bersama Airlangga, Jokowi mengenakan jas kuning Asian Games.

“Mesranya sudah lama,” ucap Jokowi ketika ditanya soal kedekatannya dengan Airlangga.

Kemudian Jokowi juga pernah memberi panggung bagi Agus Harimurti Yudhoyono, Ketua Komando Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat.

AHY sempat dua kali berdekatan dengan Jokowi. Dia pernah berkunjung ke Istana untuk mengantar surat undangan Rapimnas Demokrat. Lalu pada Rapimnas, Jokowi menyanjung AHY. Bahkan ia meminta AHY berdiri di sampingnya saat akan memukul gong penanda dibukanya Rapimnas.

“AHY muda, ganteng, pinter kalau pakaian rapi dan cling ya dengan saya lebih jauh lagi,” tutur Jokowi yang disambut tawa peserta rapimnas.

Namun meski nama-nama sudah beredar, Jokowi masih menutup rapat-rapat siapa yang akan menjadi pendampingnya. Alih-alih, ia meminta masyarakat bersabar.

“Sudah ada (cawapres) tinggal diumumin. Pada saat yang tepat nanti kita akan umumkan. Nunggu berapa hari, masa enggak sabar sih,” ujar Jokowi usai menghadiri acara Rembuk Nasional Aktivis 98, di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Sabtu (7/7).

Pengamat politik Universitas Negeri Jakarta Ubedillah Badrun menilai Jokowi sedangkan melakukan strategi politik bak kontes kecantikan.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu sengaja memberi panggung bagi nama-nama potensial. Tujuannya untuk nemperkenalkan dan melakukan tes publik.

Hal ini pernah dilakukan Jokowi pada Pilpres 2014. Nama Jusuf Kalla baru didapuk sebagai wakil presiden saat masa pendaftaran berlangsung.

“Polanya sama, menunggu apa yang menonjol dari mereka, yang paling efektif memenangkan pertarungan. Menunggu siapa yang paling cantik, paling menjual dalam pilpres,” kata Ubedillah saat dihubungi cnnindonesia.com, Jumat (7/7).

Ubedillah mengatakan seharusnya Jokowi sebagai petahana akan mudah menunjuk pendampingya. Pasalnya publik sudah lebih mengenalnya dan ia memiliki segala sumber daya untuk memenangkan pertarungan.

Ubedillah pun meyakini Jokowi sudah menyimpan beberapa nama unggulan di kantongnya. Baik Jokowi ataupun lawannya, saat ini masih Prabowo, sedang menunggu.

Peserta Pilpres 2019, tuturnya, akan ditentukan di detik-detik terakhir. Semua kubu akan mengandalkan serangan balik karena cawapres jadi faktor pembeda di gelaran kali ini.

“Ini politik saling menunggu. Prabowo tunggu Jokowi, Jokowi tunggu Prabowo. Karena saat tahu siapa cawapres kubu lain, mereka punya keunggulan membaca siapa yang mampu menandinginya,” lanjut Ubedillah.

Ia mencontohkan jika Jokowi pilih Sri Mulyani, Prabowo kemungkinan memilih Rizal Ramli karena sama-sama ahli ekonomi. Atau jika Jokowi menunjuk Machfud MD, Prabowo akan menunjuk Anies Baswedan karena sama-sama dari kalangan agama.

Dihubungi terpisah, pengamat politik Habibie Center Bawono Kumoro mengatakan sebenarnya pembicaraan cawapres sudah selesai di kalangan koalisi pendukung Jokowi. Memang masih ada gimmick kontes kecantikan, tapi dia merasa semua pihak sudah legawa siapapun yang dipilih Jokowi.

Bahkan Bawono memprediksi ada nama lain di kantong Jokowi sebagai rencana cadangan. Seperti Moeldoko yang tak pernah diajak Jokowi bermesraan di depan publik. Namun punya posisi strategis untuk mengakses Jokowi 24 jam.

“Tidak menutup kemungkinan beberapa nama yang tidak diajak beauty contest. Tergantung kubu sebelah memasangkan siapa sebagai jagoan mereka,” kata Bawoni kepada cnnindonesia.com.

Bawono menambahkan sebenarnya strategi kontes kecantikan ini memiliki risiko tinggi bagi Jokowi sebagai calon kuat.

Merujuk kasus Ridwan Kamil yang hampir gagal ikut Pilgub Jabar lantaran ditinggal partai pengusung. Saat itu Emil terlalu sibuk melakukan kontes kecantikan bagi bakal calon pendamping yang diajukan partai pengusung.

Hal serupa juga sangat mungkin terjadi di Jokowi, kata Bawono. Dampaknya sudah mulai terlihat dari manuver Partai Demokrat yang mulai merapat ke kubu Gerindra, PKS, dan PAN beberapa waktu belakangan.

“Hubungan mereka [Jokowi-Demokrat] agak merenggang setelah sempat mendekat di event Demokrat. Demokrat khawatir dikunci ikut Jokowi, tapi harapan menempatkan AHY jadi cawapres tidak terwujud,” imbuhnya.