Jonatan Christie (kiri) dan Anthony Sinisuka Ginting. (ANTARA/INASGOC)

Hendry Saputra: Tantangan Selanjutnya Adalah Konsistensi

Loading

JAKARTA (IndependensI.com) – Penampilan dua tunggal putra Indonesia di Asian Games 2018 menarik perhatian banyak pihak. Tak hanya kejutan medali emas dari Jonatan Christie, penampilan Anthony Sinisuka Ginting pun begitu baik. Ia mengalahkan Juara Dunia 2018 asal Jepang, Kento Momota peraih medali emas Olimpiade Rio de Janeiro 2016, Chen Long, serta pemain terbaik India, Srikanth Kidambi.

Pelatih tunggal putra, Hendry Saputra mengakui, tidak ada persiapan khusus untuk Asian Games 2018. Semuanya sudah berjalan seperti biasanya dan disesuaikan dengan program yang ada. “Latihan seperti biasa di pelatnas, latihan teknik dan ada peningkatan latihan fisik. Di pelatnas sudah latihan main dengan durasi diatas 85 menit. Kalau durasi latihan secara umum sekitar empat sampai lima jam sehari. Pagi tiga jam, sore dua jam. Kalau dibilang terlalu sebentar, buat kami yang penting itu kualitas. Percuma kalau lama tapi tidak ada kualitasnya,” ujar Hendry seperti dikutip dari rilis Humas PP PBSI, Rabu (29/8/2018).

Menurut Hendry, yang paling berat adalah mempersiapkan pikiran dari para asuhannya. “Yang paling berat itu mempersiapkan pikiran mereka. Jonatan dan Anthony kalau mengembalikan bola dan mati itu bukan karena tekniknya jelek, tapi pikirannya. Mau cepat menang, kurang sabar, kurang teliti, itu terus berpacu di alam pikiran mereka,” imbuhnya. Selain itu, latihan tunggal putra di PBSI tidak ada masalah dan apapun hasilnya adalah tanggung jawab dirinya.

Ketika ditanya komentarnya soal sukses Jonatan meraih medali emas, Hendry mengatakan, Jonatan bisa mengalahkan pemain berperingkat di atasnya dan bila sudah demikian, peringkat berapa pun harusnya bisa dikalahkan. Kendati demikian,
peringkat bawah pun juga harus diwaspadai. “Saya lihat dari peringkat, kalau dari main pertama saja dia bisa melewati pemain peringkat di atasnya, saya yakin pemain ranking satu sampai 14 dia bisa handle. Jonatan sekarang ada di peringkat 15. Tapi peringkat yang di bawahnya juga harus diwaspadai,” katanya.

Menyoal bila ada komentar negatif masyarakat atas performa para asuhannya, Hendry menegaskan, hal tersebut justru memotivasi dirinya untuk lebih baik lagi. “Kalau atletnya down, logikanya harus didukung dong. Saya bilang ke atlet saya, kalau digituin ya kamu mesti fight back, tunjukan sama mereka dengan prestasi, mudah-mudahan Tuhan mengizinkan. Kalau kalah, kita belajar lagi,” kata Hendry. “Yang harus dijaga itu adalah atletnya, dia tidak boleh masuk dalam ranah itu, karena bisa stress dan trauma. Saya berdoa semoga Tuhan kasih petunjuk supaya ditunjukkan apa yang dinilai orang-orang itu salah, karena kami bekerja sungguh-sungguh. Atlet saya sudah berjuang untuk dirinya sendiri, untuk PBSI dan untuk negara. jadi kalau ada tekanan, harapan yang over atau perkataan yang tidak bagus, nah ini yang harus kita jaga,” ujar Hendry optimistis.

Ke depannya, Hendry berharap konsistensi dari para asuhannya. “Ini yang paling utama dan paling menantang. Konsisten dari segi prestasi dan bagaimana dia mengelola keadaan dirinya sendiri. Kalau suatu saat peringkat dia naik tapi dia tidak bisa jaga pikiran, jaga fisiknya, tekniknya, mainnya, otomatis akan drop juga. Nah itu tugas saya untuk membantu,” imbuhnya. Di depan ada tiga turnamen yang harus diikuti yakni di Jepang, Tiongkok dan Korea. Dalam pekan ini para pemain tunggal putra akan melakukan pembenahan dan recovery. “Mereka sudah delapan kali tanding selama Asian Games, tidak pernah dilakukan Jonatan dan Ginting kalau tidak salah. Tiga kali main di beregu dan perorangan, berarti delapan kali. Kalau di turnamen World Tour, sampai final hanya lima kali main, mereka sudah over tiga pertandingan,” kata Hendry menerangkan.

Ada hal menarik yang dicatat, rekor durasi tandingnya naik 75-90 menit itu delapan kali berturut-turut. Dalam beberapa hari ke depan, para pebulutangkis andalan itu butuh refreshing, mulai dari pikiran, otot, dan fisiknya. “Mereka harus masuk masa pemulihan. Setelah itu coba fokus ke tiga turnamen itu. Target tiga-empat hari harus cepat balik kondisinya. Soal latihan, tetap ada. Hanya saja disesuaikan dengan kondisi mereka,” tutup Hendry.