dolar Amerika Serikat (USD)
Dolar Amerika Serikat (USD). (foto istimewa)

Pelemahan Rupiah Terhadap USD pada Inflasi Dianggap Masih Kecil

Loading

JAKARTA (IndependensI.com)  Menteri Koordinator (Menko) bidang Perekonomian, Darmin Nasution, menilai dampak pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) kepada inflasi masih kecil.
Risiko inflasi yang disebabkan tingginya harga barang impor (imported inflation), kata dia, hingga saat ini masih terbilang kecil.

Darmin menerangkan, pelemahan nilai tukar memang berdampak terhadap inflasi. Tetapi pada kenyataannya dampak pelemahan tersebut terhadap imported inflation masih kecil.

“Dampaknya (pelemahan rupiah ke inflasi) pasti ada. Tapi coba lihat inflasi. Apa imported inflationnya sudah besar? Belum,” katanya di Kantor Kemenkeu, Jakarta, Jumat (5/10/2018).

Mantan Gubernur BI ini menjabarkan, mata uang Garuda sejauh ini telah melemah sekitar 10%. Namun, jika dilihat dampaknya terhadap inflasi impor masih sekitar 2%-an.

“Impor kita itu kira-kira 30% dari ekonomi kita, kalau rupiah melemah 10%, kalau bekerja penuh semua mengikuti porsinya, itu memang bisa agak tinggi pengaruhnya ke inflasi. Bisa 2,5%-3%. Tapi kalau kamu lihat core inflation, yang imported kan ada di dalam situ. Year-to-date masih sekitar 2%. Memang ada kenaikan tapi tidak banyak,” imbuh dia.

Oleh sebab itu, Darmin berani berpendapat bahwa pelemahan rupiah ini hanya gemuruhnya saja yang hebat. Sementara dampak riilnya masih belum terlalu besar untuk Indonesia.

“Jadi ini sebenarnya gemuruhnya yang hebat. Sebenarnya dampak riilnya enggak terlalu besar. Ekonomi dunia itu diperkirakan turunnya enggak banyak, tapi ada yang harus dijaga, bukan yang itu. Karena kita terganggu capital flownya,” pungkasnya.(budi/ist)