JAKARTA (independensi.com) – Kepala Badan Pengatur Kegiatan Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Fanshurullah Asa mengatakan, saat ini konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Premium hingga 15 Oktober 2018 mencapai 57,46% dari kuota yang ditetapkan pada tahun ini, sebesar 11,8 juta kilo liter (KL). “Realisasinya sampai 15 Oktober 2018 itu 6,78 juta KL,” ujarnya di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Selasa (16/10/2018).
Data dari Pertamina mencatat, penyaluran BBM jenis Premium diestimasikan hanya tinggal 10,5 juta Kiloliter (KL) hingga akhir tahun 2018. Jumlah turun sekitar 15% dari realisasi tahun 2017 yang sebesar 12,3 juta KL.
Apabila dibandingkan dengan realisasi 2015 yang sebesar 27,6 juta KL, estimasi penyaluran Premium di tahun ini bahkan anjlok hingga 62%. Penurunan yang amat signifikan sebenarnya, hanya dalam waktu 3 tahun.
Hal ini nampaknya tidak lepas dari kebijakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mencabut subsidi untuk Premium di awal kepemimpinannya, sekaligus memerintahkan agar Premium hanya disalurkan di luar wilayah Jawa-Madura-Bali (Jamali).
Baru pada April 2018, presiden ke-7 RI itu memutuskan untuk membuka kembali keran pasokan Premium ke Jamali. Tapi, itupun nampaknya tidak serta merta menambah volume penyaluran Premium nasional. Buktinya, tahun ini penyaluran Premium malah diestimasikan menurun oleh Pertamina.
Adapun, untuk konsumsi Solar bersubsidi hingga 15 Oktober 2018 sudah mencapai 82% dari kuota yang ditetapkan pada tahun ini. Total kuota solar bersubsidi pada tahun ini yang sebesar 14,6 juta KL, realisasinya sebesar 12 juta KL.
Fanshurullah berharap hingga akhir tahun penyaluran solar bersubsidi tidak melebihi kuota yang sudah ditetapkan dalam APBN. Hal ini untuk mengantisipasi jebolnya anggaran. Ifan, sapaannya, mengatakan pihaknya sudah berkomunikasi dengan Pertamina mengenai hal ini.
“Pada dasarnya konsumsi stabil, tidak ada masalah dan penurunan. Jadi tidak ada itu kelangkaan. Toh kenapa juga ada kelangkaan. Kita juga masih ada stok. Tetap kami salurkan sesuai kebutuhan masyarakat,” tutuenya.